Sabtu, 29 April 2017

Tentang Cinta (Enam) (#30DWCJILID5)



Reina berbaring dengan posisi telungkup sambil menatap layar laptopnya. Ia memeluk bantal berbentuk hati berukuran sedang berwarna ungu pemberian kekasihnya. Dilayar laptopnya, tampak seorang lelaki yang menggunakan baju hitam yang tampak bersandar pada kepala ranjang berwarna cokelat. Lelaki tersebut tampak tersenyum pada Reina yang dibalas oleh senyum manis Reina.
“Tadi kemana aja setelah pulang kerja?”
“Nggak kemana-mana. Tadi langsung pulang.”
Reina menatap layar laptopnya yang menampilkan wajah lelaki yang sangat dirindukannya. Apalagi setelah kejadian di basement tadi, Reina merasa semakin merindukan Rizky. Reina ingin Rizky ada disampingnya dan melindunginya.
“Kamu kenapa, Princess?”
Reina menggeleng. Namun matanya berubah sendu dan memerah. Batin Reina menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan apa yang terjadi tadi sore atau tidak pada Rizky.
“Kamu kenapa, Reina? Ada terjadi sesuatu?” tanya Rizky dengan lembut yang membuat perasaan Reina semakin tidak karuan. Andai Rizky ada disampingnya, tentu ia bisa berlari kedekapan hangat milik Rizky. Reina memaki jarak yang harus memisahkannya dengan Rizky.
Tell me, Princess. Are something happen that I don’t know?”
Reina memiringkan kepalanya lalu membaringkannya dengan posisi pipi menempel pada bantal. Ia menghela nafasnya, tangan Reina bergerak menuju layar laptop dan mengelus layarnya tepat dimana wajah Rizky berada.
“Aku lagi kesal sama Abimanyu. Dia...,” belum sempat Reina menyelesaikan ucapannya, Rizky sudah lebih dulu memotong ucapannya dengan pertanyaan.
“Apa yang dilakukan Abimanyu sama kamu?” Reina sedikit merinding mendengar nada bicara Rizky. Ia juga melihat raut wajah Rizky yang berubah.
“Nggak pa-pa. Aku cuma kesal, Ky.”
“Kamu jauhin aja dia. Aku nggak suka sama dia. Aku takut dia macam-macam terus nyakitin kamu.” Reina mengangguk. Ia merasa lega melihat raut wajah Rizky yang melunak dan nada suaranya pun kembali melembut.
“Iya, aku juga nggak mau dekat-dekat sama dia lagi.”
Senyuman yang terbit diwajah Rizky membuat Reina meleleh. Tidak terhitung lagi bagaimana senyuman itu membuat Reina selalu jatuh hati pada pemiliknya.
“Lihat kamu senyum kayak gitu, aku jadi makin kangen.”
Rona merah itu menghiasi wajah Reina. Raut sedih yang sempat tampak, kini telah menghilang. Reina kembali terlihat ceria dan bersemangat. Mata Reina menatap dalam Rizky yang hanya bisa ia tatap lewat gadget.
“Aku juga kangen banget sama kamu. Pengennya besok udah bulan depan biar kamu bisa pulang,” ucapnya dengan manja yang direspon kekehan oleh Rizky.
“Iya, Princess. Aku juga kangen banget sama kamu.”
Reina menatap Rizky yang pandangannya tidak lagi tertuju padanya. Sepertinya Rizky sedang berbicara dengan seseorang. Reina mempertajam pendengarannya, ia menangkap suara perempuan sedang berbicara dengan Rizky. Tidak lama kemudian, perhatian Rizky kembali tertuju pada Reina. Reina pun langsung menodong Rizky dengan pertanyaan.
“Siapa, Ky?”
“Rekan kerja aku disini. Namanya Sari. Kemarin aku dapat tugas buat satu tim sama dia,” jelas Rizky. Tiba-tiba saja rasa penasaran muncul di hati Reina. Ia penasaran dengan perempuan bernama Sari tersebut.
“Sari gimana orangnya? Kamu cuma berdua sama si Sari itu?”
“Dia cantik walaupun masih tetap kamu yang lebih cantik. Dia juga baik. Nggak, Princess. Tim aku ada lima orang. Aku, Budi, Irfan, Sari sama Sofia.” Reina menganggukkan kepalanya. Kepalanya yang sempat terangkat, kini kembali ia baringkan diatas bantal.
“Kamu jangan nakal disana, ya. Jaga hati kamu buat aku,” kata Reina dengan pelan. Ia berdoa agar hubungannya dengan Rizky selalu baik-baik saja walaupun harus melewati rintangan.
“Hati aku cuma buat kamu, Princess. Kamu nggak perlu takut. Aku cuma cinta sama kamu.”
Reina tersenyum lebar. Rizky memang selalu bisa membuatnya melayang. Apalagi selama ini Rizky selalu membuktikan kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak hanya sekedar ucapan.
“Aku juga cinta sama kamu, Ky.”.
*******
Reina bergegas menuju lift yang ada di basement. Ia berusaha secepat mungkin agar segera bisa mencapai lift tanpa menghiraukan panggilan di belakangnya. Reina memencet tombol lift, namun lift sepertinya sedang berproses. Reina terpaksa menunggu dengan tidak sabaran. Ia ingin segera pergi dari basement menuju lantai tempat kerjanya.
Tepat saat lift berdenting, Reina bergegas masuk. Namun Reina merasakan tangannya dicekal dan ditarik. Reina berusaha menarik tangannya dan memberontak agar tangannya bisa terlepas. Namun, tangannya digenggam dengan sangat erat hingga Reina tidak bisa melepaskannya dan malah orang yang mencekal tangannya ikut masuk ke lift.
“Lepas, Nyu! Keluar lo dari sini!” bentak Reina.
“Nggak, Rei. Gue cuma mau minta maaf.”
“Gue udah bilang, gue udah maafin lo, Nyu.”
“Tapi gue mau kita kayak dulu lagi, Rei.”
Reina melangkah mundur saat Abimanyu maju mendekatinya hingga tubuhnya membentur dinding lift sebelah kiri. Tiba-tiba saja ia merasa takut pada Abimanyu. Apalagi sekarang mereka hanya berdua di lift. Pikiran-pikiran buruk tentang Abimanyu mulai menyeruak di kepala Reina.
“Mundur, Nyu. Gue nggak mau dekat-dekat sama, lo!” Reina memberi jarak antara tubuhnya dengan Abimanyu dengan tangannya. Raut ketakutan telihat jelas di wajah putih Reina.
“Nggak. Sebelum lo maafin gua, gue nggak bakalan ngelepasin lo, Rei. Lo tahu ‘kan gue bisa melakukan apapun yang gue mau? Termasuk buat bikin lo maafin gue dengan cara apapun, Rei!”
Tubuh Reina semakin gemetar karena Abimanyu hanya berjarak dua jengkal darinya. Reina semakin menghimpitkan tubuhnya ke dinding lift. Matanya mulai memerah dan wajahnya semakin memucat karena pikiran-pikiran buruk semakin menyeruak di kepalanya. Reina menggenggam erat tasnya sambil memejamkan matanya. Dengan pelan, Reina menyebut nama Rizky dan berharap Rizky datang menolongnya.
“Tolong, Ky. Aku takut.”.

***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kesembilan Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar