Kamis, 27 April 2017

Randi dan Yasmin (Enam) (#30DWCJILID5)



Yasmin berteriak dengan kencang agar Randi mempercepat kayuhan sepedanya. Ia berteriak sambil tertawa yang membuat Randi menggelengkan kepalanya, namun ia tetap terus mengayuh pedal sepedanya dengan cepat. Mereka sedang berlomba dengan Hans dan Lova. Mereka berlomba balap sepeda dari taman sampai rumah keluarga besar Routh.
Tangan Yasmin bertengger dengan erat di pundak Randi yang sesekali menepuk pundak tersebut untuk menyemangati Randi. Saat jarak hanya tinggal tiga meter, Randi dan Yasmin berhasil menyamai Hans dan Lova. Teriakan Yasmin semakin menjadi-jadi menyuruh Randi agar semakin mempercepat kayuhan sepedanya. Jarak yang semakin dekat membuat kedua anak lelaki tersebut semakin mengayuh pedal sepedanya dengan kecepatan penuh. Tetapi akhirnya hanya satu sepeda yang lebih dulu masuk ke dalam rumah keluarga besar Routh.
Yasmin turun dari sepeda dan langsung berteriak sambil melompat-lompat karena berhasil masuk lebih dulu. Ia mendekati Randi dan memeluk anak lelaki itu. Keduanya tampak saling tersenyum puas karena berhasil memenangkan perlombaan kecil tersebut. bagi Yasmin, ia senang karena berhasil mengalahkan Hans. Terlebih lagi mereka sudah membuat perjanjian, jika Yasmin menang Hans mau bermain bersama Yasmin selama tiga hari. Sedangkan bagi Randi, melihat senyum Yasmin sudah lebih cukup daripada memenangkan perlombaan apapun.
Yasmin melepaskan pelukannya saat melihat Hans masuk dengan menuntun sepedanya bersama Lova. Ia langsung berlari menyusul Hans dan Lova dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya.
“Mas Hans kalah, Mas Hans tidak boleh curang. Mas Hans harus bermain denganku.”
Yasmin menatap wajah tanpa senyum Hans. Bagi Yasmin, raut wajah tersebut memang ciri khas Hans. Senyuman Hans adalah hal yang langka setelah Hans ditinggalkan pergi oleh Ibunya. Sekeras apapun Yasmin berusaha membuat Hans tersenyum, ia tetap tidak bisa melakukannya.
“Ya.”
Yasmin terdiam mendengar jawaban pendek Hans. Ia hanya diam saat Hans kembali menuntun sepedanya, meninggalkan ia yang masih ingin bicara. Senyum Yasmin perlahan memudar seiring matanya yang masih terus menatap Hans yang berjalan menuju garasi dan meletakkan sepedanya disana. Mata Yasmin mulai berkaca-kaca dan siap mengalirkan air dari mata indahnya tersebut.
Randi mendekati Yasmin yang hanya terdiam setleh Hans meninggalkannya. Randi melihat punggung Yasmin bergetar. Randi menyentuh lengan Yasmin, ia cukup kaget saat Yasmin memeluknya dengan cepat sambil mengeluarkan isak tangis.
“Kenapa kau menangis, Yasmin?” tangan Randi mengusap punggung Yasmin yang tertutup baju kaos lengan pendek berwarna merah muda dan celana jeans berwarna biru tua dengan panjang tiga per empat.
“Mas Hans jahat. Mas Hans tidak mau bermain denganku,” ucap Yasmin yang diselingi isak tangis. Ia menangis sesenggukan sambil bersandar didada Randi.
“Bukan begitu, Yas. Lagipula ini sudah sore. Kau bisa bermain dengan Hans mulai besok. Kau bisa bermain sampai puas.”
Sebenarnya Randi merasa prihatin dengan Yasmin yang sering diabaikan oleh Hans. Ia sering melihat Yasmin berusaha keras agar Hans mau menghiraukannya. Semua yang dilakukan Yasmin hanya untuk menarik perhatian Hans. Tidak jarang pula Randi melihat Yasmin menangis saat Hans mengabaikannya. Kadang-kadang ia juga merasa marah pada Hans. Randi tidak habis pikir mengapa Hans lebih memilih bersama Lova daripada Yasmin.
“Bagaimana kalau besok Mas Hans ingkar janji?”
“Tidak akan. Lelaki sejati tidak akan mengingkari janjinya, Yas. Dan aku yakin Hans tidaklah seperti itu.” Yasmin kembali terdiam sambil menatap Randi. Isak tangisnya mulai mereda dan tangan kanannya menyeka air mata dibawah matanya.
“Benarkah?” Randi mengangukkan kepalanya menjawab pertanyaan Yasmin. Tangan Randi memeluk erat pinggang anak tersebut yang tampak nyaman bersandar pada tubuhnya.
“Tapi bagaimana kalau besok Mas Hans tidak mau bermain denganku?”
Tangan kiri Randi bergerak keatas menuju kepala Yasmin. Tangannya mengelus rambut hitam milik anak perempuan tersebut dan mengenyampingkan anak rambut yang ada didahinya.
“Ada aku, Yasmin. Aku akan selalu menemanimu.”
“Benarkah?”
Ada keraguan yang terdengar dari suara Yasmin. Namun jawaban Randi membuat ia percaya dan menganggukkan kepalanya serta kembali memeluk tubuh Randi.
“Aku lelaki Yasmin. Kau ingatkan apa yang baru saja kukatakan tentang lelaki sejati?”.



***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketujuh Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar