“Sudah hampir jam 11 malam, Reina.”
Manik coklat Reina mengerjap yang
membuat Reina semakin terlihat cantik di kedua lelaki tersebut. Ia terdiam
dengan mata yang masih mengerjap dan mulut yang setengah terbuka seperti ingin
bicara namun tidak ada suara. Reina kembali bergerak dan bersuara setelah
mendengar merdunya suara lelaki yang berstatuskan kekasihnya itu.
“Breath,
Reina.”
“Ngapain kamu disini, Ky?” mata Reina
kembali mengerjap saat jemari Rizky mengelus rahang pipinya. Reina seakan
terbius oleh lembutnya belaian Rizky diwajahnya.
“Aku khawatir sama kamu.” Reina sendiri
tidak tahu, setiap kalimat singkat yang diucapkan Rizky cukup untuk membuatnya
merasa begitu dipuja dan diperhatikan. Rizky bukanlah tipe lelaki banyak bicara
didepan perempuan, termasuk Reina sendiri. Namun, Rizky selalu bisa membuat
Reina merasa kalau ia perempuan paling beruntung karena memiliki Rizky.
“Ehm, oke, sebelum gue semakin terbakar
melihat kalian, gue balik dulu.”
Keintiman Reina dan Rizky terjeda oleh
Abimanyu. Keduanya menoleh kepada lelaki berbadan atletis yang ditutupi oleh
kaos berwarna hitam yang ditutupi oleh jaket kulit berwarna hitam pula.
“Terima kasih lo udah nemenin Reina,
Nyu.”
“It’s
okay. Gue akan dengan senang hati menemani Reina kapanpun lo nggak bisa, Ky.”
“This
is the last one, Man.”
“Who
knows. Maybe someday, I will be with Reina every time.”
“In
your dream.”
Reina dan Rizky menatap kepergian
Abimanyu yang melangkah sambil melambaikan tangannya dengan posisi badan membelakangi
mereka. Setelah Abimanyu menghilang dari pandangan mereka, Reina merasa
tubuhnya dipeluk dari arah belakang. Reina juga merasa kalau Rizky meletakkan
dagu dipundaknya dan semakin erat memeluk Reina.
“Aku cemburu, Reina.” Tiga kata tersebut
membuat Reina kembali membatu dan menahan nafasnya. Ditambah hembusan nafas
Rizky yang hangat dipundaknya membuat Reina tidak bisa berpikir dengan cepat
untuk menanggapi apa yang diucapkan Rizky.
“Aku selalu cemburu saat ada lelaki lain
didekatmu. Melihat mereka didekatmu saja aku sudah merasa begitu marah, apalagi
jika mereka menyentuhmu. Kalau saja bisa, aku ingin tidak ada satupun lelaki
lain yang bisa mendekatimu.”
Reina tahu, Rizky bukanlah lelaki yang
suka bermain-main dengan kata-kata, termasuk dengan apa yang baru saja diucapkannya.
Apalagi Reina tahu jika semua yang diucapkan Rizky itu benar, karena Reina bisa
merasakan lewat pelukan Rizky yang melingkupinya dengan erat.
“Aku hanya lelaki biasa, Reina. Tidak selamanya
aku bisa menahan diriku. Tidak selamanya aku bisa menahan cemburuku.”
“Kamu tahu aku, Ky. Aku bukan perempuan
tidak tahu malu yang membiarkan lelaki lain seenaknya menyentuhku. Aku tahu
batasanku, Ky.”
“Aku tahu. Tetapi tetap saja aku
cemburu, Reina. Aku cemburu saat Abimanyu didekatmu.” Pernyataan Rizky tersebut
membuat senyum Reina perlahan
mengembang. Reina menangkup tangan Rizky yang berlabuh dengan erat
dipinggangnya.
“Aku baru tahu kalau kamu pencemburu,
Ky,” ucapan Reina itu memancing senyum Rizky. Dengan hangat, Rizky memberikan
kecupan dipundak Reina yang tertutupi oleh gaun tanpa lengannya.
“Aku sangat pencenburu lebih dari yang
kau tahu, Reina.”.
*******
Sesekali Reina melirik kaca spionnya, ia
tersenyum saat melihat sebuah motor mengiringinya dari belakang. Reina memutar
setirnye kearah kanan memasuki sebuah komplek perumahan yang merupakan komplek
tempat tinggalnya. Ia kembali membelokkan mobilnya kearah kanan sebelum
berhenti didepan sebuah rumah minimalis bertingkat dua berpagar hitam setinggi
2,5 meter. Reina menunggu pagar tersebut terbuka sebelum ia kembali menjalankan
mobilnya menuju garasi. Ia mematikan mesin mobil dan mengambil tas yang ia
letakkan dikursi disampingnya. Reina memperbaiki posisi jaket kulit yang sejak
tadi menghangatkannya dan menghampiri lelaki yang sejak tadi mengikutinya,
mengantarkannya pulang.
“Kamu mau masuk dulu, Ky?” tawar Reina.
“Nggak usah, besok aja. Sekarang udah
larut, nggak enak sama Papa dan Mama kamu.”
Reina kembali tersenyum saat lelaki yang
berstatus kekasihnya itu mengelus kepalanya dengan lembut seperti yang sering
dilakukannya. Reina memejamkan matanya saat Rizky memajukan wajahnya, ia
merasakan bibir Rizky berlabuh dikeningnya memberikan kecupan yang membuat
seluruh tubuh Reina menghangat. Tangan Reina terangkat dan melewati lengan
kekar Rizky dan bertaut dipunggungnya. Mata Reina kembali terbuka saat Rizky
melepaskan bibirnya dan membalas pelukan Reina.
“Kamu hati-hati dijalan.”
“Tidur yang nyenyak, besok jam 10 pagi
aku jemput kamu.” Reina mengangguk. Ia melepas jaket kulit milik Rizky yang
menutupi gaun tanpa lengan berwarna biru miliknya dan memasangkannya pada
Rizky.
Untuk terakhir kalinya dimalam itu Rizky
kembali mengecup kening Reina. Reina mengantarkan Rizky dan berdiri didepan
pagar. Ia melambaikan tangannya sebelum Rizky melaju bersama motornya dikeheningan
malam. Setelah Rizky menghilang dari pandangannya, Reina kembali masuk dan
menarik pagar lalu menguncinya. Ia melangkahkan kakinya menuju teras depan
rumah sambil mengambil kunci rumah cadangan yang memang selalu ia bawa dalam
tasnya. Setelah berhasil membuka pintu, Reina kembali menutupnya dan berjalan
menuju kamarnya untuk beristirahat.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketujuh event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar