Senin, 17 April 2017

Tentang Cinta (Dua) (#30DWCJILID5)



“Sudah hampir jam 11 malam, Reina.”
Manik coklat Reina mengerjap yang membuat Reina semakin terlihat cantik di kedua lelaki tersebut. Ia terdiam dengan mata yang masih mengerjap dan mulut yang setengah terbuka seperti ingin bicara namun tidak ada suara. Reina kembali bergerak dan bersuara setelah mendengar merdunya suara lelaki yang berstatuskan kekasihnya itu.
Breath, Reina.”
“Ngapain kamu disini, Ky?” mata Reina kembali mengerjap saat jemari Rizky mengelus rahang pipinya. Reina seakan terbius oleh lembutnya belaian Rizky diwajahnya.
“Aku khawatir sama kamu.” Reina sendiri tidak tahu, setiap kalimat singkat yang diucapkan Rizky cukup untuk membuatnya merasa begitu dipuja dan diperhatikan. Rizky bukanlah tipe lelaki banyak bicara didepan perempuan, termasuk Reina sendiri. Namun, Rizky selalu bisa membuat Reina merasa kalau ia perempuan paling beruntung karena memiliki Rizky.
“Ehm, oke, sebelum gue semakin terbakar melihat kalian, gue balik dulu.”
Keintiman Reina dan Rizky terjeda oleh Abimanyu. Keduanya menoleh kepada lelaki berbadan atletis yang ditutupi oleh kaos berwarna hitam yang ditutupi oleh jaket kulit berwarna hitam pula.
“Terima kasih lo udah nemenin Reina, Nyu.”
It’s okay. Gue akan dengan senang hati menemani Reina kapanpun lo nggak bisa, Ky.”
This is the last one, Man.”
Who knows. Maybe someday, I will be with Reina every time.”
In your dream.”
Reina dan Rizky menatap kepergian Abimanyu yang melangkah sambil melambaikan tangannya dengan posisi badan membelakangi mereka. Setelah Abimanyu menghilang dari pandangan mereka, Reina merasa tubuhnya dipeluk dari arah belakang. Reina juga merasa kalau Rizky meletakkan dagu dipundaknya dan semakin erat memeluk Reina.
“Aku cemburu, Reina.” Tiga kata tersebut membuat Reina kembali membatu dan menahan nafasnya. Ditambah hembusan nafas Rizky yang hangat dipundaknya membuat Reina tidak bisa berpikir dengan cepat untuk menanggapi apa yang diucapkan Rizky.
“Aku selalu cemburu saat ada lelaki lain didekatmu. Melihat mereka didekatmu saja aku sudah merasa begitu marah, apalagi jika mereka menyentuhmu. Kalau saja bisa, aku ingin tidak ada satupun lelaki lain yang bisa mendekatimu.”
Reina tahu, Rizky bukanlah lelaki yang suka bermain-main dengan kata-kata, termasuk dengan apa yang baru saja diucapkannya. Apalagi Reina tahu jika semua yang diucapkan Rizky itu benar, karena Reina bisa merasakan lewat pelukan Rizky yang melingkupinya dengan erat.
“Aku hanya lelaki biasa, Reina. Tidak selamanya aku bisa menahan diriku. Tidak selamanya aku bisa menahan cemburuku.”
“Kamu tahu aku, Ky. Aku bukan perempuan tidak tahu malu yang membiarkan lelaki lain seenaknya menyentuhku. Aku tahu batasanku,  Ky.”
“Aku tahu. Tetapi tetap saja aku cemburu, Reina. Aku cemburu saat Abimanyu didekatmu.” Pernyataan Rizky tersebut membuat senyum Reina perlahan  mengembang. Reina menangkup tangan Rizky yang berlabuh dengan erat dipinggangnya.
“Aku baru tahu kalau kamu pencemburu, Ky,” ucapan Reina itu memancing senyum Rizky. Dengan hangat, Rizky memberikan kecupan dipundak Reina yang tertutupi oleh gaun tanpa lengannya.
“Aku sangat pencenburu lebih dari yang kau tahu, Reina.”.

*******

Sesekali Reina melirik kaca spionnya, ia tersenyum saat melihat sebuah motor mengiringinya dari belakang. Reina memutar setirnye kearah kanan memasuki sebuah komplek perumahan yang merupakan komplek tempat tinggalnya. Ia kembali membelokkan mobilnya kearah kanan sebelum berhenti didepan sebuah rumah minimalis bertingkat dua berpagar hitam setinggi 2,5 meter. Reina menunggu pagar tersebut terbuka sebelum ia kembali menjalankan mobilnya menuju garasi. Ia mematikan mesin mobil dan mengambil tas yang ia letakkan dikursi disampingnya. Reina memperbaiki posisi jaket kulit yang sejak tadi menghangatkannya dan menghampiri lelaki yang sejak tadi mengikutinya, mengantarkannya pulang.
“Kamu mau masuk dulu, Ky?” tawar Reina.
“Nggak usah, besok aja. Sekarang udah larut, nggak enak sama Papa dan Mama kamu.”
Reina kembali tersenyum saat lelaki yang berstatus kekasihnya itu mengelus kepalanya dengan lembut seperti yang sering dilakukannya. Reina memejamkan matanya saat Rizky memajukan wajahnya, ia merasakan bibir Rizky berlabuh dikeningnya memberikan kecupan yang membuat seluruh tubuh Reina menghangat. Tangan Reina terangkat dan melewati lengan kekar Rizky dan bertaut dipunggungnya. Mata Reina kembali terbuka saat Rizky melepaskan bibirnya dan membalas pelukan Reina.
“Kamu hati-hati dijalan.”
“Tidur yang nyenyak, besok jam 10 pagi aku jemput kamu.” Reina mengangguk. Ia melepas jaket kulit milik Rizky yang menutupi gaun tanpa lengan berwarna biru miliknya dan memasangkannya pada Rizky.
Untuk terakhir kalinya dimalam itu Rizky kembali mengecup kening Reina. Reina mengantarkan Rizky dan berdiri didepan pagar. Ia melambaikan tangannya sebelum Rizky melaju bersama motornya dikeheningan malam. Setelah Rizky menghilang dari pandangannya, Reina kembali masuk dan menarik pagar lalu menguncinya. Ia melangkahkan kakinya menuju teras depan rumah sambil mengambil kunci rumah cadangan yang memang selalu ia bawa dalam tasnya. Setelah berhasil membuka pintu, Reina kembali menutupnya dan berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.


***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketujuh event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar