Langkah kaki anak perempuan dengan
rambut berkepang dua tersebut terhenti saat ia melihat ada dua anak lelaki
sedang berbincang didepan rumahnya dengan serius. Matanya mengerjap
berulang-ulang saat menangkap seorang anak lelaki yang belum ia kenal
sebelumnya. Ia memang sudah sering melihat anak lelaki itu, namun ia belum
mengenalnya sama sekali.
Langkah kaki kecilnya yang terbalut
sepatu berwarna merah muda kembali bergerak mendekati kedua anak lelaki
tersebut. Ia baru saja ingin berangkat menuju tempat lesnya, namun Pamannya
meminta ia memanggil salah satu anak lelaki yang masih belum menyadari
kehadirannya itu.
“Mas Hans,” anak perempuan itu menyebut
nama salah satu anak lelaki tersebut dengan suara yang kecil. Ia adalah anak
perempuan yang diberi pendidikan bagaimana memanggil orang yang lebih tua
darinya sejak kecil. Oleh Mamanya, ia juga diajari bagaimana menjaga sopan santunnya
sebagai anak perempuan dan juga sebagai salah satu anggota keluarga Routh yang
terhormat.
Anak perempuan itu kembali
mengerjapkan matanya saat kedua anak lelaki tersebut memalingkan badan dan
wajahnya. Ia menunjukkan senyum lebarnya kepada kedua anak lelaki tersebut.
Kembali dengan suara kecilnya yang tidak terlalu cempreng, ia menyampaikan
pesan Pamannya kepada salah satu anak lelaki itu.
“Kata Paman Christian, Mas Hans ditunggu
diruang kerja Paman.”
Anak perempuan itu kembali mengerjapkan
matanya saat tanpa sengaja mata hitamnya bertatapan dengan mata hitam anak
lelaki yang menggunakan kaos berwarna biru muda bergambarkan salah satu tokoh kartun
yang sering ia tonton tersebut. Ia kembali tersenyum lebar kearah anak lelaki
itu dan hanya diam saat kedua anak lelaki tersebut membicarakannya.
“Siapa dia, Hans?”
“Dia Yasmin, adik sepupuku.”
Anak lelaki bernama Hans tersebut menatap
anak perempuan itu. Dengan raut yang jarang sekali tersenyum, anak lelaki
tersebut menyampaikan pesan balasan untuk Ayahnya.
“Katakan pada Ayah, aku akan menemuinya
nanti.”
Dengan cepat anak perempuan tersebut
menganggukkan kepalanya. Merasa tugasnya telah selesai, ia pamit karena Paman
Felix telah menunggunya disamping mobil untuk mengantarkannya.
“Baiklah, Mas Hans, aku pergi dulu.”
“Ya, belajarlah dengan sungguh-sungguh.”
Anak perempuan tersebut kembali
tersenyum lebar saat mendengar ucapan semangat dari sepupunya itu. Ia mendekati
anak lelaki tersebut, mengecup pipi kirinya dengan tiba-tiba sambil mengucapkan
terima kasih dengan nada suara riang.
“Terima kasih, Mas Hans.”
Anak lelaki itu hanya menggelengkan
kepalanya. Sudah ratusan kali ia meminta agar anak perempuan itu tidak
melakukan hal tersebut, namun ratusan kali pula anak perempuan tersebut tidak
mendengarkannya. Ia menghapus sisa ciuman itu dengan punggung tangannya.
Anak lelaki itu mendengarkan kekehan dari
arah sampingnya. Ia menatap anak lelaki yang berani-beraninya menertawakannya
tersebut dengan alis yang terangkat. Anak lelaki tersebut menghentikan tawanya
dan menepuk pundak milik anak lelaki bernama Hans itu sambil berujar.
“Kalau kau tidak mau dicium olehnya, aku
mau menggantikan posisimu.”
“Jangan harap, Ran.” Anak lelaki bernama
Randi tersebut kembali tertawa. Ia menatap mobil hitam dengan kaca terbuka yang
menampilkan anak perempuan yang sedang melambaikan tangan kearah mereka.
“Aku serius, Hans. Aku benar-benar mau
menggantikan posisimu.”.
***
Tulisan ini
untuk Tantangan Hari Kedua event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk
setiap kekurangan. Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar