Selama hampir dua bulan, Reina dan Rizky
hanya bisa mendengar suara via telepon atau saling menatap lewat video call. Kedua cara tersebut tidak mampu
menghilangkan rindu dihati keduanya. Bagi Reina, rindunya tidak akan hilang
sebelum dapat memeluk tubuh Rizky seperti sebelumnya. Reina tidak perduli saat
Radha, Reika dan Reiya mengejeknya saat ia bersikap berlebihan saat merindukan
Rizky. Yang Reina inginkan hanyalah Rizky ada disampingnya, agar ia dapat
merasakan hangatnya pelukan Rizky dan mencium wangi Rizky yang mampu
menenangkan dirinya.
Sedangkan Rizky sendiri juga merasakan
hal yang sama. Tetapi, jika Reina sering mengeluh dan menumpahkan perasaannya
saat mereka sedang berkomunikasi, maka Rizky hanya memendamnya. Ia juga
merasakan seperti yang Reina rasakan, namun Rizky hanya diam dan bersabar
menunggu waktu luang agar ia dapat kembali ke Jakarta dan memeluk Reina.
“Yang LDR-an mah, ngumpet di kamar sambil lihatin foto pacar mulu,” kata Reika
yang tanpa disadari Reina sedang bediri di depan pintu kamarnya yang terbuka.
“Berisik, lo.” Reina melempar bantal ke
arah Reika yang langsung membuat anak perempuan itu bersembunyi dibalik
dinding.
“Sabar kali, ‘kan katanya bulan depan
Kak Rizky pulang,” kata Reika yang kini bersandar sambil bersidekap di dinding
kamar Reina.
“Keluar, Reika!”
Reina melotot yang membuat Reika
tertawa. Sejak kepergian Rizky, Reika sering menggoda Reina yang sekarang lebih
senang mengurung diri di kamar saat ada di rumah.
“Keluar, nggak?” Reina mengangkat bantal
yang ia tiduri dan siap melemparnya jika Reika tidak mau menuruti apa katanya.
“Oke, oke, selamat bergalau-galauan,
tuan putri.”
Reika bergegas menutup pintu kamar
Reina. Ia tertawa dengan keras sambil berjalan menuju kamarnya sendiri. Reina
merasa kesal saat mendengar tawa Reika. Ia juga merasa kesal karena hubungan
jarak jauhnya dengan Rizky malah dianggap lelucon oleh Reika.
*******
Semenjak Rizky pergi, Reina tidak pernah
pergi sendirian lagi ke tempat hiburan malam yang rutin ia datangi setiap Jum’at
malam. Rizky memberinya pesan agar tidak pergi sendiri karena ia takut terjadi
hal yang buruk pada Reina. Awalnya Reina tidak terima dan masih melakukan
sesuka hatinya, namun setelah Rizky mengetahui perbuatannya dan menegurnya
habis-habisan, akhirnya Reina menuruti permintaan Rizky.
Kali ini Reina pergi bersama Melya,
temannya di kantor yang kebetulan bisa menemaninya. Mereka duduk di sofa sambil
menikmati minuman dan makanan ringan yang mereka pesan. Sesekali Reina dan
Melya turun ke lantai untuk bergoyang, melepas semua rasa lelah dengan alunan
musik bertempo cepat yang diputar dengan sangat keras.
Reina dan Melya sedang asyik
menggerakkan badan mereka bersama pengunjung lain. Keduanya tampak saling
tertawa dan sibuk menggerakkan tubuh masing-masing dengan gayanya sendiri.
Reina tampak begitu menikmati alunan musik keras yang membuat tubuhnya terasa
rileks. Ia sudah terlalu lelah dengan tuntutan pekerjaan serta memikrkan Rizky
yang tidak bisa dihubungi sejak kemarin.
Sebenarnya, Reina tidak lagi pergi rutin
ke tempat hiburan malam. Namun ia akan pergi saat ia merasa membutuhkan sesuatu
untuk melepas stresnya. Dalam satu bulan, mungkin hanya sekitar dua atau tiga
kali Reina menghibur dirinya ke tempat tersebut. Tetapi hal itu belum diketahui
Rizky. Reina sendiri tidak bermaksud menyembunyikannya, namun ia juga merasa
kalau hal itu bukanlah hal penting yang harus ia sampaikan pada Rizky.
“Rei, gue duduk dulu, ya. Gue udah
capek,” bisik Melya dengan suara yang keras.
“Oke, Mel. Bentar lagi gue nyusul, lo.”
Melya mengangguk dan berjalan ke sofa
tempat mereka duduk, sedangkan Reina kembali menggerakkan tubuhny dengan mata
terpejam. Ia membayangkan jika Rizky kini tengah memeluknya. Tidak mendengar
suara Rizky sejak kemarin membuat Reina sangat merindukan Rizky termasuk sering
membayangkan lelaki itu didekatnya.
Reina merasa sebuah tangan melingkar
dipinggangnya. Ia juga merasakan deru nafas dipundaknya. Dan yang terakhir, ia
merasakan ada yang menempel dipunggungnya dan semakin mempererat tangannya yang
ada dipinggang Reina. Reina yang sedang membayangkan Rizky, merasa jika
Rizkylah yang kini sedang memeluknya. Reina menangkup tangan tersebut sambil menyebutkan
nama Rizky.
“Rizky?” panggil Reina. Reina merasakan
kecupan dipundaknya. Dahinya mengernyit, dalam keadaan setengah sadar dari
halusinasinya, ia merasa jika wangi tubuh Rizky berbeda. Reina merasa tidak
mengenali wangi tersebut padahal ia hafal betul wangi parfum Rizky.
“Aku bisa menggantikan Rizky, Reina. Bahkan
aku bisa lebih baik dari Rizky.”
Reina langsung membalikkan badannya
mendengar suara tersebut, ia langsung memundurkan tubuhnya satu langkah saat
mengetahui siapa yang memeluknya. Reina begitu kaget saat tahu siapa yang telah
lancang memeluknya seintim itu.
“Abimanyu?!” tatapan Reina berubah
tajam. Ia merasa marah karena lelaki bernama Abimanyu yang merupakan teman
sekolahnya itu melakukan hal yang lancang. Ia yang terhanyut saat membayangkan
Rizky memeluknya, namun ia tidak menyangka kalau ternyata ada lelaki yang
memanfaatkan dirinya saat ia dalam keadaan tidak sadar.
“Apa yang lo lakuin, Nyu?” Reina masih
menatap lelaki tersebut tanpa senyuman sedikitpun seperti sebelumnya. Matanya berusaha
keras memberikan intimidasi dan bibirnya tampak rapat. Seperti yang pernah ia bilang, ia tidak
masalah dengan kontak fisik yang diberikan lelaki lain asal masih dalam tahap.
Namun tindakan Abimanyu kali ini sudah melebihi batas menurut Reina.
“Easy,
Rei. Aku tahu kamu kesepian. Aku cuma menawarkan diri menggantikan Rizky.”
Selanjutnya tangan Reina terangkat dan
melayang dengan cepat ke wajah Abimanyu. Reina tidak lagi perduli dengan
sekitarnya. Amarahnya sudah tersulut mendengar ucapan Abimanyu. Setelah itu,
Reina bergegas pergi dari tengah lantai dansa menuju sofa. Ia langsung
mengambil blazer yang ia lepas saat datang ke tempat tersebut dan kembali
mengenakannya untuk menutupi gaun tanpa lengan warna hitamnya.
“Ada apa, Rei?” tanya Melya yang
kebingungan melihat Reina yang tampak terburu-buru memasang blazernya.
“Kita pulang, Mel,” ucap Reina dengan
singkat.
“Oke.” Tanpa pikir panjang, Melya
mengiyakan ucapan Reina. Ia juga memasang blazernya lalu mengejar Reina yang
sudah berjalan lebih dulu.
Reina berjalan dengan cepat menuju
mobilnya di parkiran. Ia ingin segera pulang sebelum ia menumpahkan semua
amarahnya di tempat tersebut. Ia masih merasa marah atas kelancangan Abimanyu. Reina
tahu, Abimanyu adalah playboy kelas kakap. Namun selama ini, Abimanyu tidak
pernah berbuat lancang seperti itu.
Reiya dan Melya membawa mobil
masing-masing. Melya memarkir mobilnya agak sedikit jauh dari mobil Reina. Mereka
berpisah di parkiran dan Melya menuju tempat mobilnya di parkir. Reina menari
pintu mobilnya, namun tangannya ditarik oleh seseorang yang membuat Reina
memekik. Reina membalikkan badannya, amarahnya kembali muncul saat ia melihat
siapa yang telah menarik tangannya.
“Lepasin tangan gue, Abimanyu!”
“Gue mau bicara, Rei.”
“Gue nggak mau bicara sama, lo. Lebih baik
lo pergi dari sini!” Reina menghempaskan tangan Abimanyu, ia kembali menarik
pintu mobilnya. Namun lagi-lagi Abimanyu menahannya.
“Gue cuma mau minta maaf, Rei. Sorry, gue udah lancang sama, lo.”
“Minta maaf? Oke, gue maafin, lo. Sekarang
lo pergi, gue nggak mau ngelihat lo lagi.”
Reina mendorong tubuh Abimanyu. Ia bergegas
masuk dan menyalakan mobilnya. Reina menginjak pedal gas mobil tanpa
menghiraukan Abimanyu yang mengetuk kaca mobilnya. Ia ingin segera pergi dari
tempat tersebut sambil menggerutu bahwa ia tidak akan datang ke tempat itu lagi
tanpa Rizky.
*******
Sesampainya di rumah, Reina langsung
membersihkan dirinya. Waktu menunjukkan pukul 23.48 malam saat ia mengecek
ponselnya setelah selesai mandi. Reina kembali membuka pesannya yang ia kirim
kepada Rizky, namun sepertinya Rizky masih belum membalas bahkan membaca
pesannya. Reina menggerutu kesal karena Rizky masih belum membalas pesan-pesan
yang ia kirimkan. Ia mencoba menelepon Rizky, namun nomor Rizky tidak aktif.
Reina kembali mencoba menelepon Rizky
lima menit kemudian. Namun akhirnya Reina membaringkan tubuhnya dengan lesu
saat suara wanita yang mengatakan kalau nomor Rizky tidak aktiflah yang ia
dengar. Reina bergumam dengan mata yang terpejam. Ada setetes air dari matanya
yang ia biarkan jatuh dan mengalir di pipinya.
“Kamu kemana, Ky? Aku kangen banget sama
kamu.”.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketiga Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar