Minggu, 23 April 2017

Tentang Cinta (Empat) (#30DWCJILID5)



Selama hampir dua bulan, Reina dan Rizky hanya bisa mendengar suara via telepon atau saling menatap lewat video call. Kedua cara tersebut tidak mampu menghilangkan rindu dihati keduanya. Bagi Reina, rindunya tidak akan hilang sebelum dapat memeluk tubuh Rizky seperti sebelumnya. Reina tidak perduli saat Radha, Reika dan Reiya mengejeknya saat ia bersikap berlebihan saat merindukan Rizky. Yang Reina inginkan hanyalah Rizky ada disampingnya, agar ia dapat merasakan hangatnya pelukan Rizky dan mencium wangi Rizky yang mampu menenangkan dirinya.
Sedangkan Rizky sendiri juga merasakan hal yang sama. Tetapi, jika Reina sering mengeluh dan menumpahkan perasaannya saat mereka sedang berkomunikasi, maka Rizky hanya memendamnya. Ia juga merasakan seperti yang Reina rasakan, namun Rizky hanya diam dan bersabar menunggu waktu luang agar ia dapat kembali ke Jakarta dan memeluk Reina.
“Yang LDR-an mah, ngumpet di kamar sambil lihatin foto pacar mulu,” kata Reika yang tanpa disadari Reina sedang bediri di depan pintu kamarnya yang terbuka.
“Berisik, lo.” Reina melempar bantal ke arah Reika yang langsung membuat anak perempuan itu bersembunyi dibalik dinding.
“Sabar kali, ‘kan katanya bulan depan Kak Rizky pulang,” kata Reika yang kini bersandar sambil bersidekap di dinding kamar Reina.
“Keluar, Reika!”
Reina melotot yang membuat Reika tertawa. Sejak kepergian Rizky, Reika sering menggoda Reina yang sekarang lebih senang mengurung diri di kamar saat ada di rumah.
“Keluar, nggak?” Reina mengangkat bantal yang ia tiduri dan siap melemparnya jika Reika tidak mau menuruti apa katanya.
“Oke, oke, selamat bergalau-galauan, tuan putri.”
Reika bergegas menutup pintu kamar Reina. Ia tertawa dengan keras sambil berjalan menuju kamarnya sendiri. Reina merasa kesal saat mendengar tawa Reika. Ia juga merasa kesal karena hubungan jarak jauhnya dengan Rizky malah dianggap lelucon oleh Reika.
*******
Semenjak Rizky pergi, Reina tidak pernah pergi sendirian lagi ke tempat hiburan malam yang rutin ia datangi setiap Jum’at malam. Rizky memberinya pesan agar tidak pergi sendiri karena ia takut terjadi hal yang buruk pada Reina. Awalnya Reina tidak terima dan masih melakukan sesuka hatinya, namun setelah Rizky mengetahui perbuatannya dan menegurnya habis-habisan, akhirnya Reina menuruti permintaan Rizky.
Kali ini Reina pergi bersama Melya, temannya di kantor yang kebetulan bisa menemaninya. Mereka duduk di sofa sambil menikmati minuman dan makanan ringan yang mereka pesan. Sesekali Reina dan Melya turun ke lantai untuk bergoyang, melepas semua rasa lelah dengan alunan musik bertempo cepat yang diputar dengan sangat keras.
Reina dan Melya sedang asyik menggerakkan badan mereka bersama pengunjung lain. Keduanya tampak saling tertawa dan sibuk menggerakkan tubuh masing-masing dengan gayanya sendiri. Reina tampak begitu menikmati alunan musik keras yang membuat tubuhnya terasa rileks. Ia sudah terlalu lelah dengan tuntutan pekerjaan serta memikrkan Rizky yang tidak bisa dihubungi sejak kemarin.
Sebenarnya, Reina tidak lagi pergi rutin ke tempat hiburan malam. Namun ia akan pergi saat ia merasa membutuhkan sesuatu untuk melepas stresnya. Dalam satu bulan, mungkin hanya sekitar dua atau tiga kali Reina menghibur dirinya ke tempat tersebut. Tetapi hal itu belum diketahui Rizky. Reina sendiri tidak bermaksud menyembunyikannya, namun ia juga merasa kalau hal itu bukanlah hal penting yang harus ia sampaikan pada Rizky.
“Rei, gue duduk dulu, ya. Gue udah capek,” bisik Melya dengan suara yang keras.
“Oke, Mel. Bentar lagi gue nyusul, lo.”
Melya mengangguk dan berjalan ke sofa tempat mereka duduk, sedangkan Reina kembali menggerakkan tubuhny dengan mata terpejam. Ia membayangkan jika Rizky kini tengah memeluknya. Tidak mendengar suara Rizky sejak kemarin membuat Reina sangat merindukan Rizky termasuk sering membayangkan lelaki itu didekatnya.
Reina merasa sebuah tangan melingkar dipinggangnya. Ia juga merasakan deru nafas dipundaknya. Dan yang terakhir, ia merasakan ada yang menempel dipunggungnya dan semakin mempererat tangannya yang ada dipinggang Reina. Reina yang sedang membayangkan Rizky, merasa jika Rizkylah yang kini sedang memeluknya. Reina menangkup tangan tersebut sambil menyebutkan nama Rizky.
“Rizky?” panggil Reina. Reina merasakan kecupan dipundaknya. Dahinya mengernyit, dalam keadaan setengah sadar dari halusinasinya, ia merasa jika wangi tubuh Rizky berbeda. Reina merasa tidak mengenali wangi tersebut padahal ia hafal betul wangi parfum Rizky.
“Aku bisa menggantikan Rizky, Reina. Bahkan aku bisa lebih baik dari Rizky.”
Reina langsung membalikkan badannya mendengar suara tersebut, ia langsung memundurkan tubuhnya satu langkah saat mengetahui siapa yang memeluknya. Reina begitu kaget saat tahu siapa yang telah lancang memeluknya seintim itu.
“Abimanyu?!” tatapan Reina berubah tajam. Ia merasa marah karena lelaki bernama Abimanyu yang merupakan teman sekolahnya itu melakukan hal yang lancang. Ia yang terhanyut saat membayangkan Rizky memeluknya, namun ia tidak menyangka kalau ternyata ada lelaki yang memanfaatkan dirinya saat ia dalam keadaan tidak sadar.
“Apa yang lo lakuin, Nyu?” Reina masih menatap lelaki tersebut tanpa senyuman sedikitpun seperti sebelumnya. Matanya berusaha keras memberikan intimidasi dan bibirnya tampak rapat.  Seperti yang pernah ia bilang, ia tidak masalah dengan kontak fisik yang diberikan lelaki lain asal masih dalam tahap. Namun tindakan Abimanyu kali ini sudah melebihi batas menurut Reina.
Easy, Rei. Aku tahu kamu kesepian. Aku cuma menawarkan diri menggantikan Rizky.”
Selanjutnya tangan Reina terangkat dan melayang dengan cepat ke wajah Abimanyu. Reina tidak lagi perduli dengan sekitarnya. Amarahnya sudah tersulut mendengar ucapan Abimanyu. Setelah itu, Reina bergegas pergi dari tengah lantai dansa menuju sofa. Ia langsung mengambil blazer yang ia lepas saat datang ke tempat tersebut dan kembali mengenakannya untuk menutupi gaun tanpa lengan warna hitamnya.
“Ada apa, Rei?” tanya Melya yang kebingungan melihat Reina yang tampak terburu-buru memasang blazernya.
“Kita pulang, Mel,” ucap Reina dengan singkat.
“Oke.” Tanpa pikir panjang, Melya mengiyakan ucapan Reina. Ia juga memasang blazernya lalu mengejar Reina yang sudah berjalan lebih dulu.
Reina berjalan dengan cepat menuju mobilnya di parkiran. Ia ingin segera pulang sebelum ia menumpahkan semua amarahnya di tempat tersebut. Ia masih merasa marah atas kelancangan Abimanyu. Reina tahu, Abimanyu adalah playboy kelas kakap. Namun selama ini, Abimanyu tidak pernah berbuat lancang seperti itu.
Reiya dan Melya membawa mobil masing-masing. Melya memarkir mobilnya agak sedikit jauh dari mobil Reina. Mereka berpisah di parkiran dan Melya menuju tempat mobilnya di parkir. Reina menari pintu mobilnya, namun tangannya ditarik oleh seseorang yang membuat Reina memekik. Reina membalikkan badannya, amarahnya kembali muncul saat ia melihat siapa yang telah menarik tangannya.
“Lepasin tangan gue, Abimanyu!”
“Gue mau bicara, Rei.”
“Gue nggak mau bicara sama, lo. Lebih baik lo pergi dari sini!” Reina menghempaskan tangan Abimanyu, ia kembali menarik pintu mobilnya. Namun lagi-lagi Abimanyu menahannya.
“Gue cuma mau minta maaf, Rei. Sorry, gue udah lancang sama, lo.”
“Minta maaf? Oke, gue maafin, lo. Sekarang lo pergi, gue nggak mau ngelihat lo lagi.”
Reina mendorong tubuh Abimanyu. Ia bergegas masuk dan menyalakan mobilnya. Reina menginjak pedal gas mobil tanpa menghiraukan Abimanyu yang mengetuk kaca mobilnya. Ia ingin segera pergi dari tempat tersebut sambil menggerutu bahwa ia tidak akan datang ke tempat itu lagi tanpa Rizky.
*******
Sesampainya di rumah, Reina langsung membersihkan dirinya. Waktu menunjukkan pukul 23.48 malam saat ia mengecek ponselnya setelah selesai mandi. Reina kembali membuka pesannya yang ia kirim kepada Rizky, namun sepertinya Rizky masih belum membalas bahkan membaca pesannya. Reina menggerutu kesal karena Rizky masih belum membalas pesan-pesan yang ia kirimkan. Ia mencoba menelepon Rizky, namun nomor Rizky tidak aktif.
Reina kembali mencoba menelepon Rizky lima menit kemudian. Namun akhirnya Reina membaringkan tubuhnya dengan lesu saat suara wanita yang mengatakan kalau nomor Rizky tidak aktiflah yang ia dengar. Reina bergumam dengan mata yang terpejam. Ada setetes air dari matanya yang ia biarkan jatuh dan mengalir di pipinya.
“Kamu kemana, Ky? Aku kangen banget sama kamu.”.

***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketiga Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar