Randi memenuhi janjinya untuk menemani
Yasmin. Dua hari yang lalu Yasmin meminta Randi untuk mengajaknya jalan-jalan. Sesuai
dengan waktu yang ditetapkan Yasmin, Randi menjemput anak perempuan tersebut
jam 15.00 sore. Ia menjemput Yasmin menggunakan sepeda.
Saat Randi datang, Yasmin sudah menunggu
didepan rumahnya ditemani oleh Bibi Maisya, asisten rumah tangga di rumah
keluarga Routh. Yasmin tampak menggunakan gaun bermotif bunga dengan panjang
selutut dan berlengan pendek. Rambutnya panjangnya diikat satu yang membuatnya
terlihat cantik dimata Randi.
“Nona, itu Tuan Randi datang,” seru Bibi
Maisya. Yasmin tersenyum lebar melihat anak lelaki yang telah ia tunggu kurang
lebih 10 menit itu akhirnya datang.
“Aku berangkat dulu, Bi.” Anak perempuan
itu berpamitan kepada pengasuhnya. Ia melambaikan tangan kepada Bibi Maisya dan
mendekati Randi.
Yasmin menatap sepeda yang dinaiki oleh
Randi, seketika dahinya berkerut karena tidak ada lagi tempat duduk untuknya. Sepeda
Randi tidak memiliki tempat duduk dibagian belakang seperti sepeda yang ada di
rumahnya yang sering digunakan Hans untuk membonceng dirinya dulu.
“Aku duduk dimana?” tanyanya pada Randi.
“Duduk didepan saja.” Randi menepuk top tube, yang merupakan bagian dari frame sepeda bagian atas. Randi melepas
tangan kirinya agar Yasmin bisa duduk di top
tube tersebut.
Tanpa banyak bicara Yasmin mulai mencari
posisi yang nyaman untuk duduk di top
tube tersebut. Ia menempatkan pantatnya dengan posisi miring agar tidak
terasa sakit. Kaki kanan Yasmin menempel di besi tersebut sedangkan kaki
kirinya menggantung. Setelah mendapat posisi yang pas, Randi kembali memegang grip sebelah kiri yang membuat Yasmin
terkurung oleh tubuhnya. Sebelum pergi, Yasmin kembali melambaikan tangannya
pada Bibi Maisya dan mulai menikmati dibonceng oleh Randi.
Randi hanya diam mendengarkan
celotehan Yasmin walaupun sesekali ia
bersuara saat anak perempuan itu bertanya padanya. Namun sejak tadi bibirnya
tidak henti-hentinya mengumbar senyum. Ia juga merasa kalau detak jantungnya
dua kali lebih cepat dari biasanya. Ada sensasi yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya saat ia berada sedekat ini dengan Yasmin.
Senyum Yasmin melebar saat Randi membawanya
ke sebuah taman di kompleksnya. Ia sudah mendengar tentang taman tersebut dari
Hans dan Lova. Ia sangat ingin pergi kesana, tetapi Mamanya melarang dan
mengatakan kalau taman tersebut sama saja seperti taman di belakang rumahnya. Selama
ini, Yasmin memang jarang diperbolehkan keluar rumah walaupun hanya untuk
sekedar berjalan-jalan disekitar kompleks. Hari-harinya disibukkan oleh
berbagai kegiatan les. Walaupun ia masih memiliki waktu luang, waktunya ia
gunakan untuk mengikuti kemanapun Hans pergi walaupun akhirnya Hans mengusirnya.
“Turunlah. Kita sudah sampai.” Randi kembali
melepaskan tangan kirinya, ia menunggu Yasmin turun dari sepedanya. Setelah Yasmin
turun, ia memarkir sepedanya dibawah pohon rindang yang tidak jauh dari
tempatnya berhenti tadi.
Randi kembali tersenyum saat melihat
Yasmin tampak begitu senang berlarian di taman. Ia tersenyum sambil
menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat Yasmin yang tampak begitu
senang dan lepas. Yasmin tampak melompat-lompat mencoba menangkap kupu-kupu
yang sedang terbang diatas kepalanya.
Tidak hanya mengejar kupu-kupu, Yasmin juga
mengejar burung kecil yang berterbangan. Ia berlari mengelilingi pohon rindang
dan taman bunga. Memetik beberapa tangkai bunga lalu melemparkannya. Yasmin kembali
berlarian mengejar kupu-kupu sampai ia merasa lelah.
Yasmin menghampiri Randi yang hanya
duduk sejak tadi di kursi taman. Ia sudah merasa dan ingin beristirahat. Ia duduk
disamping Randi sambil menyeka air keringat dipelipisnya. Bibirnya kembali
mengumbar senyum saat melihat kupu-kupu yang tadi sempat ia kejar kembali
datang dan berterbangan.
“Kau senang?”
Anak perempuan itu mengangguk sambil
tersenyum yang juga menular kepada Randi. Tangan Randi bergerak menuju wajah
Yasmin, ia menyeka keringat yang ada di dahi Yasmin. Ada perasaan baru yang
muncul di hati Randi. Perasaan senang yang begitu luar biasa, yang belum pernah
ia rasakan sebelumnya.
“Terima kasih.”
Randi menganggukkan kepalanya. Di tahun
kelima belas hidupnya, baru kali ini Randi merasa sangat bahagia hanya dengan
melihat senyuman anak perempuan yang berbeda empat tahun darinya. Ia tidak
menyangka bahwa secepat ini ia bisa merasakan perasaan itu. Sejak pertama
melihat Yasmin, Randi tidak merasakan apa-apa. Tetapi setiap melihat raut sedih
diwajah anak perempuan tersebut, Randi ingin mengubahnya menjadi senyuman. Dan
sekarang ia sudah berhasil melakukannya.
“Aku lebih senang melihatmu tersenyum
seperti ini, Yasmin.”
“Apa aku terlihat cantik saat tersenyum?”
pertanyaan itu langsung membuat Randi tertawa. kadang-kadang, dibalik sifatnya
yang terlihat lebih dewasa dibandingkan anak seumurannya, Yasmin masih
anak-anak dengan pikiran polosnya. Kepolosan Yasmin juga menjadi salah satu
nilai plus di mata Randi.
“Siapa yang mengatakan hal itu padamu?”
“Mama. Mama mengatakan kalau tersenyum
bisa membuat cantik dan orang lain akan menyukainya.” Randi menggelengkan
kepalanya. Ia sungguh kagum dengan cara pemikiran Yasmin yang menurutnya luar
biasa.
“Kamu cantik, Yasmin. Dan yang dikatakan
Bibi Maria benar. Kau terlihat cantik saat tersenyum dan aku menyukainya.”.
*******
Kini Yasmin dan Randi semakin akrab. Mereka
juga sering bersama saat Yasmin diabaikan oleh Hans yang lebih memilih bersama
Lova. Yasmin akan meminta Randi menemaninya pergi. Ia akan mengikuti kemanapun
Hans dan Lova pergi bersama Randi. Karena hanya itulah yang bisa membuat Yasmin
bisa terus dekat dengan kakak sepupunya tersebut.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Keempat Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar