Senin, 24 April 2017

Randi dan Yasmin (Lima) (#30DWCJILID5)



Randi memenuhi janjinya untuk menemani Yasmin. Dua hari yang lalu Yasmin meminta Randi untuk mengajaknya jalan-jalan. Sesuai dengan waktu yang ditetapkan Yasmin, Randi menjemput anak perempuan tersebut jam 15.00 sore. Ia menjemput Yasmin menggunakan sepeda.
Saat Randi datang, Yasmin sudah menunggu didepan rumahnya ditemani oleh Bibi Maisya, asisten rumah tangga di rumah keluarga Routh. Yasmin tampak menggunakan gaun bermotif bunga dengan panjang selutut dan berlengan pendek. Rambutnya panjangnya diikat satu yang membuatnya terlihat cantik dimata Randi.
“Nona, itu Tuan Randi datang,” seru Bibi Maisya. Yasmin tersenyum lebar melihat anak lelaki yang telah ia tunggu kurang lebih 10 menit itu akhirnya datang.
“Aku berangkat dulu, Bi.” Anak perempuan itu berpamitan kepada pengasuhnya. Ia melambaikan tangan kepada Bibi Maisya dan mendekati Randi.
Yasmin menatap sepeda yang dinaiki oleh Randi, seketika dahinya berkerut karena tidak ada lagi tempat duduk untuknya. Sepeda Randi tidak memiliki tempat duduk dibagian belakang seperti sepeda yang ada di rumahnya yang sering digunakan Hans untuk membonceng dirinya dulu.
“Aku duduk dimana?” tanyanya pada Randi.
“Duduk didepan saja.” Randi menepuk top tube, yang merupakan bagian dari frame sepeda bagian atas. Randi melepas tangan kirinya agar Yasmin bisa duduk di top tube tersebut.
Tanpa banyak bicara Yasmin mulai mencari posisi yang nyaman untuk duduk di top tube tersebut. Ia menempatkan pantatnya dengan posisi miring agar tidak terasa sakit. Kaki kanan Yasmin menempel di besi tersebut sedangkan kaki kirinya menggantung. Setelah mendapat posisi yang pas, Randi kembali memegang grip sebelah kiri yang membuat Yasmin terkurung oleh tubuhnya. Sebelum pergi, Yasmin kembali melambaikan tangannya pada Bibi Maisya dan mulai menikmati dibonceng oleh Randi.
Randi hanya diam mendengarkan celotehan  Yasmin walaupun sesekali ia bersuara saat anak perempuan itu bertanya padanya. Namun sejak tadi bibirnya tidak henti-hentinya mengumbar senyum. Ia juga merasa kalau detak jantungnya dua kali lebih cepat dari biasanya. Ada sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya saat ia berada sedekat ini dengan Yasmin.
Senyum Yasmin melebar saat Randi membawanya ke sebuah taman di kompleksnya. Ia sudah mendengar tentang taman tersebut dari Hans dan Lova. Ia sangat ingin pergi kesana, tetapi Mamanya melarang dan mengatakan kalau taman tersebut sama saja seperti taman di belakang rumahnya. Selama ini, Yasmin memang jarang diperbolehkan keluar rumah walaupun hanya untuk sekedar berjalan-jalan disekitar kompleks. Hari-harinya disibukkan oleh berbagai kegiatan les. Walaupun ia masih memiliki waktu luang, waktunya ia gunakan untuk mengikuti kemanapun Hans pergi walaupun akhirnya Hans mengusirnya.
“Turunlah. Kita sudah sampai.” Randi kembali melepaskan tangan kirinya, ia menunggu Yasmin turun dari sepedanya. Setelah Yasmin turun, ia memarkir sepedanya dibawah pohon rindang yang tidak jauh dari tempatnya berhenti tadi.
Randi kembali tersenyum saat melihat Yasmin tampak begitu senang berlarian di taman. Ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat Yasmin yang tampak begitu senang dan lepas. Yasmin tampak melompat-lompat mencoba menangkap kupu-kupu yang sedang terbang diatas kepalanya.
Tidak hanya mengejar kupu-kupu, Yasmin juga mengejar burung kecil yang berterbangan. Ia berlari mengelilingi pohon rindang dan taman bunga. Memetik beberapa tangkai bunga lalu melemparkannya. Yasmin kembali berlarian mengejar kupu-kupu sampai ia merasa lelah.
Yasmin menghampiri Randi yang hanya duduk sejak tadi di kursi taman. Ia sudah merasa dan ingin beristirahat. Ia duduk disamping Randi sambil menyeka air keringat dipelipisnya. Bibirnya kembali mengumbar senyum saat melihat kupu-kupu yang tadi sempat ia kejar kembali datang dan berterbangan.
“Kau senang?”
Anak perempuan itu mengangguk sambil tersenyum yang juga menular kepada Randi. Tangan Randi bergerak menuju wajah Yasmin, ia menyeka keringat yang ada di dahi Yasmin. Ada perasaan baru yang muncul di hati Randi. Perasaan senang yang begitu luar biasa, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Terima kasih.”
Randi menganggukkan kepalanya. Di tahun kelima belas hidupnya, baru kali ini Randi merasa sangat bahagia hanya dengan melihat senyuman anak perempuan yang berbeda empat tahun darinya. Ia tidak menyangka bahwa secepat ini ia bisa merasakan perasaan itu. Sejak pertama melihat Yasmin, Randi tidak merasakan apa-apa. Tetapi setiap melihat raut sedih diwajah anak perempuan tersebut, Randi ingin mengubahnya menjadi senyuman. Dan sekarang ia sudah berhasil melakukannya.
“Aku lebih senang melihatmu tersenyum seperti ini, Yasmin.”
“Apa aku terlihat cantik saat tersenyum?” pertanyaan itu langsung membuat Randi tertawa. kadang-kadang, dibalik sifatnya yang terlihat lebih dewasa dibandingkan anak seumurannya, Yasmin masih anak-anak dengan pikiran polosnya. Kepolosan Yasmin juga menjadi salah satu nilai plus di mata Randi.
“Siapa yang mengatakan hal itu padamu?”
“Mama. Mama mengatakan kalau tersenyum bisa membuat cantik dan orang lain akan menyukainya.” Randi menggelengkan kepalanya. Ia sungguh kagum dengan cara pemikiran Yasmin yang menurutnya luar biasa.
“Kamu cantik, Yasmin. Dan yang dikatakan Bibi Maria benar. Kau terlihat cantik saat tersenyum dan aku menyukainya.”.
*******
Kini Yasmin dan Randi semakin akrab. Mereka juga sering bersama saat Yasmin diabaikan oleh Hans yang lebih memilih bersama Lova. Yasmin akan meminta Randi menemaninya pergi. Ia akan mengikuti kemanapun Hans dan Lova pergi bersama Randi. Karena hanya itulah yang bisa membuat Yasmin bisa terus dekat dengan kakak sepupunya tersebut.



***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Keempat Belas event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar