Reina menggerakkan kepalanya mengikuti
alunan musik dengan suara yang keras disebuah bar. Ia melepas penat setelah
bekerja selama 5 hari dari jam 08.00 pagi sampai 17.00 sore. Setiap hari Jum’at,
ia menyempatkan untuk datang ke tempat hiburan ini sepulangnya dari kantor. Ia tidak
datang sendiri, kadang-kadang ia pergi bersama teman kerja, sahabat ataupun
dengan kekasihnya. Namun hari ini, karena teman-temannya sedang sibuk dengan
acara mereka sendiri, Reina hanya sendirian di bar tersebut.
Reina merupakan karyawan disebuah kantor
yang ada di Sudirman. Kantor Reina bergerak dibidang perdagangan. Ia bekerja
sebagai staf bagian keuangan yang setiap harinya dipusingkan dengan kumpulan
angka-angka dengan jumlah nol yang sederet. Namun walaupun begitu, Reina merasa
cukup senang bekerja di kantor tersebut. Karena dibalik rasa pusingnya mengurus
angka-angka dengan nominal fantastis, gaji yang ia dapatkan sebanding dengan
lelah yang ia rasakan.
Reina tinggal di daerah Karawang, ia
tinggal bersama orang tua dan saudaranya. Orang tua Reina, Rudi Setya Gunawan
dan Rima Mulya Gunawan, bekerja sebagai dosen disalah satu universitas di
Jakarta. Reina memiliki satu orang kakak dan dua orang adik. Kakak Reina
merupakan seorang pebisnis. Kakak Reina yang bernama Radha Gunawan, merintis
bisnisnya dengan beberapa orang temannya. Kini bisnis yang dirintis oleh Radha
tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Radha sering pergi ke luar kota untuk
keperluan bisnisnya.
Adik Reina yang pertama bernama Reika
Milia Gunawan, ia masih menempuh bangku kuliah di Universitas Gajah Mada. Ia memilih
universitas tersebut karena fakultas yang ia inginkan ada disana. Lalu adik
bungsu Reina yang bernama Reiya Satya Gunawan masih belajar di bangku SMA. Ia sekolah
di salah satu SMA di Jakarta yang dulu juga menjadi sekolah Reina. Adik Reina
tersebut memiliki sifat yang hampir sama dengan Reina. Karena itulah, Reina
sangat akrab dengan adiknya tersebut.
“Reina Saputri Gunawan?” Reina memutar
tubuhnya mengarah ke asal suara. Senyumannya mengembang saat ia mulai mengenali
siapa yang baru saja menyebut namanya.
“Baya Putra Abimanyu?” Reina memeluk
lelaki tersebut. Mereka berpelukan dan saling tertawa. Tidak lama kemudian,
Reina melepaskan pelukannya dan mempersilahkan lelaki tersebut duduk dikursi
kosong yang ada disampingnya.
“Baru pulang dari Hongkong?” tanya Reina
yang dibalas anggukan oleh lelaki tersebut. Lelaki tersebut memesan minuman
kepada bartender yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Baru pulang kerja?” tanya lelaki itu
yang dibalas anggukan oleh Reina.
“Lo dateng sendiri atau sama Rizky?”
“Gue cuma sendiri. Rizky lagi sibuk sama
kerjaannya.” Lelaki itu berdecak dan menggeleng. Ia mengambil secangkir minuman
dengan kadar alkohol rendah dan meminumnya sebelum ia kembali berbicara.
“Kalau gue jadi Rizky, gue nggak bakalan
biarin lo kelayapan sendirian, Rei.”
“Gue beruntung banget kalau lo bukan
Rizky. Gue bisa mati muda punya pacar buaya kayak lo.”
Mereka berdua tertawa, menertawakan
ucapan Reina tersebut. Baik Reina ataupun lelaki tersebut tidak terlihat
canggung dan tampak asyik melempar canda. Tidak jarang lelaki tersebut
melakukan kontak fisik dengan mengelus lengan tangan Reina yang polos ataupun
mengelus pipi Reina.
Reina sendiri juga tidak
mempermasalahkan kontak fisik yang dilakukan lelaki tersebut. Tetapi bukan
berarti ia merupkan wanita yang mudah disentuh. Ia merasa kontak fisik tersebut
masih berada dalam batas yang aman dan wajar. Reina memiliki aturannya sendiri
saat berhubungan dengan lelaki termasuk Baya. Dan Reina tahu apa yang harus
dilakukannya.
Disudut ruangan bar, tanpa Reina sadari
ada seorang lelaki lain yang sedang memperhatikannya. Lelaki tersebut
memperbaiki letak kacamatanya dan melangkah mendekat menuju Reina. Ia melepas
jaket kulit yang melapisi kemeja putihnya. Kakinya yang memakai celana bahan
warna hitam melangkah dengan pelan dan berhenti tepat dibelakang Reina. Saat lelaki
itu berada tepat dibelakang Reina, lelaki itu memasangkan jaket yang telah ia
lepas ke pundak Reina dan menutupi bagian tubuh Reina yang terbuka karena gaun
tanpa lengannya tersebut. Lelaki itu sempat mendengar Reina menyebut namanya
setelah membalikkan badan yang membuat ia tersenyum kepada Reina.
“Rizky?”.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kelima event
#30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar