Kamis, 13 April 2017

Kalau Jodoh, Kita Pasti... (Satu) (#30DWCJILID5)



Aku menutup buku catatanku saat kurasakan tepukan dipundak belakangku. Aku melepas headphone yang menemaniku mengerjakan tugas kuliah. Kini disampingku, temanku sejak masuk perguruan tinggi ini tersenyum lebar sambil menunjukkan ponsel pintarnya yang sedang memutar video yang sepertinya diunggah ke salah satu media sosial.
“Itu apa?” tanyaku yang masih kebingungan. Aku mendengar decakan dari temanku yang kini mengantongi ponselnya.
“Itu video penampilan Firman kemarin, Ra.”
Aku hanya menganggukkan kepalaku, mendengar nama tersebut suasana hatiku sedikit berubah. Ia bukan mantan ataupun orang yang kusukai secara diam-diam. Tetapi ia merupakan lelaki yang sudah dua bulan ini gencar melakukan pendekatan padaku.
“Sampai kapan kamu mengabaikan Firman, Ra? Tidak selamanya Firman akan mengejarmu terus. Suatu hari nanti Firman akan bosan karena kamu terus mengabaikannya.”
Aku hanya diam sambil kembali membuka buku catatanku. Diam-diam aku menghela nafas. Sosok Firman mulai mengisi kepalaku. Sesosok lelaki yang selalu berpenampilan rapi dengan kaos yang dilapisi kemeja kotak-kotak, tas ransel berwarna biru tua, sepatu berwarna putih atau abu-abu dan kadang-kadang ia menggunakan topi untuk menutupi kepala dan rambut hitamnya. Ia memiliki alis yang tebal dan manik mata berwarna hitam. Hidungnya yang mancung menghiasi wajahnya yang lonjong. Ia memiliki dagu yang lancip. Tubuhnya berisi namun tidak berlebihan. Bentuk tubuhnya tampak proporsional dibalik pakaian yang menutupi tubuhnya.  Ia memiliki tinggi badan sekitar 170 cm lebih. Tetapi entahlah, aku juga tidak terlalu tahu berapa tinggi badannya.
“Aku yakin Firman serius, Ra. Aku tidak pernah melihat dia seperti ini sebelumnya.”
Aku memejamkan mataku mendengar bujukan Sarah. Sejak kejadian itu, Sarah memang sering membujukku untuk menerima Firman. Namun, reaksiku masih sama. Aku hanya diam dan mendengarkan Sarah menyebutkan semua perubahan yang ditunjukkan Firman dan kelebihan yang dimiliki lelaki tersebut.
“Kamu tahu kenapa aku tidak bisa menerimanya, Sar.”
“Setidaknya kamu hargai semua yang sudah Firman lakukan, Ra. Setidaknya sedikit perhatian kamu akan membuat Firman merasa perjuangannya tidak sia-sia.”
“Aku tidak mau dianggap memberi harapan yang tidak bisa aku penuhi, Sar. Lebih baik aku mengabaikannya dari awal daripada harus membuatnya merasa hanya dipermainkan.”
“Aku tidak habis pikir dengan jalan kepalamu itu, Ra. Aku heran kenapa kamu bersikeras menolak Firman. Aku tidak mau nanti kamu menyesal, Ra.”
Aku mengerjapkan mataku menatap teman yang sudah satu tahun ini selalu bersamaku. Sarah Angela Han, perempuan berkulit putih keturunan Tionghoa yang menjadi teman sekelasku di jurusan Sastra Indonesia di Univeritas Indonesia ini. Ia memiliki tinggi badan sekitar 163 cm, ia memiliki rambut hitam yang ia ubah menjadi kecoklatan dan sedikit bergelombang, mata sipit khas keturunannya berpadu dengan hidung mancung dan bibir tipis merah muda. Tubuhnya yang ramping membuat penampilannya terlihat sempurna. Walaupun begitu, ia tidak pernah menyombongkan dirinya dengan fisiknya yang sempurna tersebut, termasuk mau menerimaku sebagai temannya walaupun ada beberapa mahasiswa atau mahasiswi lain yang mencibir pertemanan kami. Aku sungguh beruntung bisa memiliki teman seperti Sarah. Ia satu-satunya teman yang menerimaku apa adanya.
“Kamu tahu ‘kan jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan?” kulihat Sarah mengangguk, aku tersenyum lalu berusaha memberikan pengertian mengapa aku melakukan hal tersebut.
“Aku hanya pasrah dengan jalan yang sudah diatur oleh Tuhan, Sar. Jika memang Firman jodohku, maka suatu hari nanti aku dan Firman pasti bisa berjalan berdampingan. Aku percaya itu.”.


***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketiga event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.
Tambahan: Saya benar-benar harus putar otak nyari ide tiap hari. Ikut tantangan ini benar-benar menantang ide dan mood menulis saya. Jadi biar ide cerita saya nggak hilang terus nge-stuck, saya bikin cerbung tapi setiap harinya mungkin beda. Kalau kemarin saya nulis cerita tentang Randi dan Yasmin, hari ini saya nulis cerita ini. Mungkin besok saya bakalan nulis cerbung dengan alur cerita yang lain lagi, dan mungkin besoknya saya bakalan nerusin Randi dan Yasmin. Yah, kira-kira seperti itulah alur tulisan saya nanti.
Tapi ini cuma cara saya aja biar kepala cantik saya terus jalan buat nulis tiap hari.... :D :D :D
Terima kasih yang sudah berkunjung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar