Yasmin bersembunyi dibalik tubuh
Mamanya, ia juga tidak kuasa menahan air matanya saat melihat sesosok anak
lelaki yang selalu ia ikuti berteriak dan menangis bahkan bersujud di kaki
Ayahnya. Hati Yasmin pilu mendengar suara memohon milik anak lelaki itu. Walaupun
ia tidak tahu apa yang telah terjadi, ia tetap merasa sedih melihat anak lelaki
tersebut menangis.
“Kumohon kembalikan dia. Kembalikan dia
padaku. Kembalikan Lovaku.”
Kaki Yasmin bergerak maju ingin
mendekat, namun tubuhnya ditahan oleh Mamanya. Yasmin menatap Mamanya, ia
melihat Mamanya menggelengkan kepala. Dengan berat hati, Yasmin menuruti apa
yng dikatakan Mamanya. Padahal ia sangat ingin mendekati Hans dan menghiburnya.
Yasmin mendengar suara teriakan dan
beberapa orang terlihat panik. Ia melihat Hans digendong oleh Ayahnya. Tangis Yasmin
semakin menjadi-jadi. Ia memeluk kaki Mamanya dengan berlinang air mata. Yasmin
menatap Mamanya sambil bertanya.
“Mas Hans kenapa, Ma? Mas Hans tidak
apa-apa ‘kan?”
“Mas Hans baik-baik saja. Nanti kamu
temani Mas Hans. Mas Hans sedang sedih dan membutuhkan teman.” Dengan segera
Yasmin menganggukkan kepalanya. Tanpa dipinta pun sebenarnya ia dengan senang
hati akan selalu menemani Hans.
*******
Sejak hari itu, suasana di kediaman
keluarga Routh berubah. Tidak ada lagi kehangatan disana. Tidak terdengar lagi
suara gelak tawa anak perempuan yang biasanya berasal dari dapur atau taman
belakang rumah. Tidak ada lagi pula suara teriakan dari anak lelaki yang kesal
karena diganggu oleh saudarinya. Rumah tersebut tampak sepi. Bahkan para
penghuninya tampak enggan dan takut mengeluarkan suara selain sang empu rumah
dan putra semata wayangnya.
Yasmin bersembunyi dibalik dinding. Lagi-lagi
ia mendengar pertengakaran Ayah dan anak yang sering terjadi selama seminggu
lebih ini menghiasi kediaman keluarga Routh. Ia tidak kuasa melihat anak lelaki
itu menangis dan memohon. Dalam hatinya juga timbul rasa kesal dan marah kepada
sang Ayah tersebut. Tetapi ia tidak berani ikut campur seperti yang dikatakan
Mamanya.
Yasmin mendekati Hans yang menangis
sambil bersandar di dinding dekat ruang kerja Ayahnya. Mata Yasmin tampak
berkaca-kaca mendengar isak tangis Hans. Yasmin menepuk lengan Hans. Namun
dengan tiba-tiba Hans melepaskan tangan Yasmin dan menatap dengan mata yang
merah dan berlinang air mata.
“Pergi, Yasmin!” Yasmin menggeleng. Ia berlutut
disamping Hans dan tidak mau beranjak walaupun Hans berulang kali mengusirnya.
“Tidak mau. Aku mau menemani Mas Hans.”
“Aku tidak mau! Aku hanya ingin ditemani
Lova!” teriak Hans yang membuat Yasmin kaget dan hampir terjatuh ke belakang. Yasmin
kembali membetulkan posisi tubuhnya dan berusaha menenangkan Hans.
“Paman Felix sedang mencari Lova. Lova
pasti kembali.” Hans mennatap Yasmin. Mata merahnya menatap Yasmin dengan penuh
harap tentang apa yang baru saja dikatakan oleh Yasmin.
“Benarkah?”
“Iya, Mas Hans. Lova pasti kembali. Mas
Hans jangan sedih lagi.”
Yasmin tersenyum melihat Hans yang
menyeka air matanya. Ia merasa senang karena berhasil menenangkan Hans. Lalu
Yasmin mengajak Hans untuk bermain agar kesedihan yang dirasakan Hans bisa menghilang.
“Mas Hans, ayo bermain.”
“Tidak mau. Aku akan menunggu Lova
pulang dan akan bermain bersamanya.”
Walaupun Hans sudah sering menolaknya,
namun kadang-kadang Yasmin tetap saja merasa sedih. Bahkan sekarangpun Yasmin masih
merasa sedih saat Hans tidak mau bermain bersamanya. Tetapi ia mengingat dengan
baik pesan Mamanya, bahwa ia harus bersabar dengan Hans dan harus terus
berusaha menghibur Hans.
“Baiklah, Mas. Mas Hans mau sesuatu? Biar
aku ambilkan.”
“Tidak perlu. Aku ingin ke kamar. Kalau Paman
Felix sudah datang, beritahu aku.”
Yasmin hanya menganggukkan kepalanya dan
menatap Hans yang berjalan menuju kamarnya. Yasmin tidak bisa menyembunyikan
raut sedihnya. Ia hanya berharap agar Lova segera kembali dan Hans bisa kembali
tersenyum seperti sebelumnya.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.