Selasa, 02 Mei 2017

Tentang Cinta (Tujuh) (#30 DWCJilid 5)



Reina mengerjapkan matanya. Ia mengerjap berulang-ulang hingga mendapatkan kembali kesadarannya. Reina menatap ke sekelilingnya. Ia menyipitkan matanya mencoba mengenali tempatnya sekarang. Ia menghela nafasnya setelah berhasil mengenali tempat tersebut. Ketakutan yang sempat ia rasakan menghilang setelah Reina menyadari kalau ia ada di kamarnya sendiri.
Reina bangun dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Ia memikirkan siapa yang sudah membawa dirinya pulang. Setelah Abimanyu mendesaknya, Reina kehilangan kesadarannya karena rasa takut dan cemas yang menyerangnya. Ia sempat mendengar teriakan Abimanyu. Tetapi setelah itu ia tidak bisa lagi mengetahui apa yang terjadi padanya hingga akhirnya ia terbangun di ranjang kamarnya.
Dalam keadaan tidak sadarnya, Reina merasa jika Rizky yang datang menolongnya. Ia merasa kalau Rizky yang membawanya pulang. Mungkin Reina berhalusinasi karena merindukan Rizky. Ia terlalu mengharapkan Rizky datang menolongnya dari Abimanyu.
“Kamu udah bangun, Rei?”
Reina menatap ke arah pintu dimana Mamanya membawa nampan yang berisi segelas air putih dan semangkok bubur ayam kesukaan Reina. Reina tersenyum menatap Mamanya yang kini meletakkan nampan tersebut diatas meja dekat tempat tidur.
“Kamu udah baikan?”
“Udah, Ma. Tadi yang nganterin aku pulang siapa?”
“Teman kantor kamu. Kalau nggak salah Melya namanya.”
Reina menganggukkan kepalanya. Ia merasa lega karena bukan Abimanyu yang mengantarnya. Reina merasa semakin membenci lelaki tersebut. Ia tidak ingin sama sekali berurusan dengan Abimanyu lagi.
“Tadi Rizky telepon waktu kamu masih pingsan. Katanya ia kepikiran kamu terus. Rizky khawatir terjadi sesuatu sama kamu.”
“Terus Mama bilang kalau aku sempat pingsan?” potong Reina.
“Iya, dia kayaknya panik banget. Mama udah bilang kalau kamu cuma pingsan gara-gara kecapekan dan udah diperiksa sama Dokter. Setelah itu, kayaknya Rizky udah sedikit tenang. Terus dia matiin teleponnya karena katanya dia ada meeting.” Reina menganggukkan kepalanya. Ia berniat untuk menelepon Rizky nanti. Reina tahu Rizky pasti sangat mencemaskannya.
“Kamu makan dulu, ya. Habis itu minum obat yang dikasih Dokter.” Mama Reina mengambil mangkok berisi bubur ayam dan sendok yang ada disamping mangkok bubur.
“Biar Reina aja, Ma. Reina makan sendiri aja.” Mama Reina mengangguk. Ia menyerahkan mangkok tersebut pada Reina dan membiarkan Reina makan sendiri.
Kurang dari 10 suapan, Reina menyerahkan kembali mangkok yang masih berisi setengah dari bubur ayam yang tersisa. Mama Reina menyerahkan gelas air kepada putrinya tersebut.  Lalu ia mengambil dua keping obat dan membukanya. Ia menyerahkan dua biji obat kepada Reina yang langsung diminum oleh putrinya tersebut.
“Kamu istirahat aja lagi. Tadi teman kamu udah ngomong ke atasan kamu kalau kamu izin dulu hari ini.” Reina mengangguk. Ia kembali menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan mengubah posisinya agar menjadi lebih nyaman.
“Mama keluar dulu, ya.” Reina kembali mengangguk. Matanya mengikuti langkah kaki mamanya yang berjalan menuju pintu. Mama Reina memiliki tubuh yang cukup tinggi, sekitar 167 cm. Tubuh langsingnya tersebut berpadu dengan kulit putih dan wajah yang tidak kalah cantik dari Reina walaupun usianya tidak lagi muda.
Reina meraih tas miliknya yang ada ditempat tidur samping kanannya. Ia membuka resleting tasnya dan mengambil ponsel. Reina  mengusap layar ponselnya dan memasukkan kode berupa tanggal lahir Rizky. Setelah terbuka, Reina membuka menu sebuah aplikasi. Ia menekan pesan teratas dari Rizky, lalu mencoba menelepon kekasihnya tersebut.
Setelah menyentuh tombol telepon, Reina menempelkan ponselnya ke telinga. Setelah menunggu beberapa saat, Reina mendesah kecewa karena yang berbicara adalah operator seluler. Reina merasa tubuhnya kembali lemas. Dengan perlahan ia kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang sambil meringkuk dan memejamkan matanya. Sebelum terlelap, Reina sempat menyebutkan nama Rizky dan berharap jika Rizky datang menemaninya.
*******
Reina merasakan elusan di kepalanya. Bukannya merasa terganggu, Reina merasa kalau sentuhan tersebut membuatnya semakin nyaman. Kepala dan tubuh Reina bergerak mencari sumber elusan tersebut. Namun hidung dan telinganya mencium wangi parfum dan kekehan yang membuat Reina langsung membuka matanya. Reina terperanjat setelah melihat siapa yang kini tengah memeluknya dan menatapnya dengan penuh kerinduan.
“Rizky? Kamu kapan datangnya?”
Reina merasa begitu bahagia karena dapat mendengar tawa Rizky. Tangan Reina mendekap tubuh Rizky dengan erat dan bersandar didada milik Rizky yang ia rindukan selama hampir tiga bulan. Reina merasakan kalau Rizky juga memeluknya dengan erat.
“Aku khawatir banget sama kamu waktu Mama kamu bilang kamu pingsan. Perasaan aku udah nggak enak sejak pagi.”
“Terus kerjaan kamu?”
“Tim aku yang handle. Mungkin ngelihat aku yang panik, mereka kasihan dan ngizinin aku buat pulang. Untungnya ada pesawat menuju Jakarta yang berangkatnya cepat.”
Reina mendongak menatap Rizky. Tangan Reina bergerak menuju wajah Rizky yang terlihat lebih cokelat dari sebelumnya. Ia juga baru menyadari kalau Rizky sekarang memiliki kumis dan jenggot yang tipis.
“Kamu kumisan sama jenggotan sekarang?” Reina mengelus rahang Rizky dan turun ke dagu. Ia merasa geli karena buku-bulu tipis yang menghiasi wajah kekasihnya tersebut.
“Iya. Aku tambah ganteng, nggak?”
Reina tersenyum malu-malu dan mengangguk. Raut wajah Reina yang menggemaskan membuat Rizky tidak tahan untuk tidak mengecup kening Reina. Keduanya kembali saling mendekap erat untuk menghilangkan kerinduan yang selama beberapa bulan ini menyiksa mereka.
*******
Waktu menunjukkan pukul 16.05 WIB. Sudah satu jam Rizky menemani Reina sejak kedatangan tiba-tibanya. Reina tampak tidak ingin jauh dari Rizky. Ia meminta Rizky untuk selalu menemaninya dengan alasan besok mereka harus kembali berpisah. Reina tidak mau membuang-buang waktu dan ingin terus bersama Rizky.
Rizky sendiri tidak masalah dengan kemauan Reina. Namun ia tetap sadar diri, tentu ia tidak bisa terus disamping Reina. Ia merasa tidak enak dengan orang tau Reina dan Radha. Ia tetap harus menjaga diri dan sikapnya di depan calon mertua dan kakak iparnya.
“Kamu disini aja, Ky. Aku masih kangen,” rajuk Reina sambil memainkan jemarinya didada Rizky. Rizky menangkap jemari tersebut dan memegangnya. Rizky mencium jemari Reina lalu menautkannya dengan jemarinya. Sejak datang, Reina tidak mengizinkan Rizky beranjak dari tempat tidurnya dan menahan Rizky dengan terus memeluknya.
“Nggak bisa, Princess.”
Reina cemberut yang membuat Rizky memajukan wajahnya mengecup pangkal hidung Reina. Dengan jarak yang begitu dekat, Rizky menatap dalam Reina. Walaupun tidak banyak bicara, Rizky merasakan rindu yang sama seperti yang Reina rasakan. Bahkan karena rasa rindunya, ia rela menempuh perjalanan kilat hanya untuk menemui Reina.
Reina mengerjapkan matanya saat wajah Rizky bergerak mendekat. Reina tidak lagi perduli karena ia juga menginginkannya. Ia seakan memberi tanda kalau Rizky bisa melakukannya. Reina memudahkan Rizky dengan sedikit memiringkan kepalanya. Namun saat hampir bersentuhan, gerakan keduanya terhenti saat terdengar pintu terbuka dan teriakan  dari depan pintu yang membuat keduanya menatap ke arah suara.
“Upss... Sorry, Bang Rizky. Sorry, Kak. Reina.”
Reiya tampak cengengesan sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya. Lalu dengan segera ia pergi dan berlari keluar dari kamar yang membuat Rizky dan Reina tergelak. Tetapi dengan cepat Rizky mengecup apa yang sejak tadi begitu menggodanya. Ia dan Reina saling mengumbar senyum dan berusaha menahan diri untuk tidak melakukan lebih dari kecupan tersebut.
“Kamu kenapa sampai pingsan?” tanya Rizky yang membuat Reina terdiam sesaat. Namun beberapa detik selanjutnya, Reina kembali menatap Rizky sambil tersenyum.
“Kata Dokter aku kecapekan. Mungkin karena capek kangen sama kamu.” Jawaban Reina membuat Rizky tertawa. Rizky tidak menyangka ucapan tersebut keluar dari mulut seorang Reina.
“Kok diketawain, sih.” Reina mencubit lengan Rizky yang membuat ia mengaduh kesakitan. Namun tawanya masih belum berhenti yang membuat Reina kesal.
“Rizky! Udah ketawanya.” Reina kembali mencubiti Rizky. Ia mencubit pinggang Rizky namun tangan Reina malah ditangkap dan digenggam oleh Rizky.
“Maaf ya, Sayang.” Rizky meletakkan tangan Reina dipinggangnya. Matanya kembali menatap Reina. Namun Reina merasa jika tatapan Rizky tampak berubah.
“Kamu pergi sama Abimanyu?”
Reina langsung menggelengkan kepalanya. Namun belum sempat ia berbicara, Rizky sudah kembali bertanya.
“Kata Melya, waktu kamu pingsan, kamu lagi sama Abimanyu di lift.”
Raut wajah Reina mulai berubah. Ia memeluk Rizky dan mulai terisak. Rizky merasakan kalau tubuh Reina bergetar. Tangan Rizky mengusap punggung Reina, mencoba menenangkan kekasihnya tersebut.
“Maafin aku, Ky,” bisik Reina.
“Aku nggak marah sama kamu. Aku cuma mau tahu apa yang udah dilakuin lelaki itu sampai kamu pingsan.”
Setelah merasa lebih baik, Reina mulai menceritakan apa yang terjadi. Reina memeluk erat tubuh Rizky saat melihat wajah Rizky yang mulai mengeras. Tidak ada lagi senyuman menghiasi wajah Rizky. Reina juga merasa kalau tangan Rizky mengepal dan mengeras.
Reina mengelus punggung Rizky. Ia bernafas lega saat merasakan tubuh Rizky mulai melunak dan membalas dekapanna. Reina memejamkan matanya saat merasakan kecupan Rizky di kepalanya serta elusan tangan Rizky di punggungnya.
“Kamu harus lebih hati-hati lagi dari lelaki itu.” Reina mengangguk. Reina menatap Rizky dan kembali mengelus wajah Rizky. Reina mengumbar senyum tipis dengan mata sendunya.
“Iya. Aku janji bakalan lebih hati-hati lagi. Kamu nggak perlu khawatir.”
“Anak pintar. Sekarang kamu istirahat, ya.”
Reina mengangguk. Ia kembali memeluk Rizky sambil memejamkan matanya. Reina merasa matanya semakin berat seiring dengan elusan lembut Rizky di kepalanya. Tidak perlu waktu lama, Reina sudah terlelap.
Setelah memastikan Reina tidur dengan lelap, Rizky melepaskan pelukan Reina. Ia membenarkan posisi tubuh Reina dan menyelimutinya. Tidak lupa Rizky kembali mengecup kening Reina. Dengan langkah tegapnya, Rizky keluar dari kamar Reina untuk pulang. Namun sebelum itu, ia ingin pergi ke sebuah tempat terlebih dahulu untuk menemui seseorang yang sudah membuat emosinya naik tidak terkira.


***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Dua event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar