Reina mengerjapkan matanya. Ia mengerjap
berulang-ulang hingga mendapatkan kembali kesadarannya. Reina menatap ke
sekelilingnya. Ia menyipitkan matanya mencoba mengenali tempatnya sekarang. Ia
menghela nafasnya setelah berhasil mengenali tempat tersebut. Ketakutan yang
sempat ia rasakan menghilang setelah Reina menyadari kalau ia ada di kamarnya
sendiri.
Reina bangun dan menyandarkan
punggungnya di kepala ranjang. Ia memikirkan siapa yang sudah membawa dirinya
pulang. Setelah Abimanyu mendesaknya, Reina kehilangan kesadarannya karena rasa
takut dan cemas yang menyerangnya. Ia sempat mendengar teriakan Abimanyu.
Tetapi setelah itu ia tidak bisa lagi mengetahui apa yang terjadi padanya
hingga akhirnya ia terbangun di ranjang kamarnya.
Dalam keadaan tidak sadarnya, Reina
merasa jika Rizky yang datang menolongnya. Ia merasa kalau Rizky yang
membawanya pulang. Mungkin Reina berhalusinasi karena merindukan Rizky. Ia
terlalu mengharapkan Rizky datang menolongnya dari Abimanyu.
“Kamu udah bangun, Rei?”
Reina menatap ke arah pintu dimana
Mamanya membawa nampan yang berisi segelas air putih dan semangkok bubur ayam
kesukaan Reina. Reina tersenyum menatap Mamanya yang kini meletakkan nampan
tersebut diatas meja dekat tempat tidur.
“Kamu udah baikan?”
“Udah, Ma. Tadi yang nganterin aku
pulang siapa?”
“Teman kantor kamu. Kalau nggak salah
Melya namanya.”
Reina menganggukkan kepalanya. Ia merasa
lega karena bukan Abimanyu yang mengantarnya. Reina merasa semakin membenci
lelaki tersebut. Ia tidak ingin sama sekali berurusan dengan Abimanyu lagi.
“Tadi Rizky telepon waktu kamu masih
pingsan. Katanya ia kepikiran kamu terus. Rizky khawatir terjadi sesuatu sama
kamu.”
“Terus Mama bilang kalau aku sempat
pingsan?” potong Reina.
“Iya, dia kayaknya panik banget. Mama
udah bilang kalau kamu cuma pingsan gara-gara kecapekan dan udah diperiksa sama
Dokter. Setelah itu, kayaknya Rizky udah sedikit tenang. Terus dia matiin
teleponnya karena katanya dia ada meeting.”
Reina menganggukkan kepalanya. Ia berniat untuk menelepon Rizky nanti. Reina
tahu Rizky pasti sangat mencemaskannya.
“Kamu makan dulu, ya. Habis itu minum
obat yang dikasih Dokter.” Mama Reina mengambil mangkok berisi bubur ayam dan
sendok yang ada disamping mangkok bubur.
“Biar Reina aja, Ma. Reina makan sendiri
aja.” Mama Reina mengangguk. Ia menyerahkan mangkok tersebut pada Reina dan
membiarkan Reina makan sendiri.
Kurang dari 10 suapan, Reina menyerahkan
kembali mangkok yang masih berisi setengah dari bubur ayam yang tersisa. Mama
Reina menyerahkan gelas air kepada putrinya tersebut. Lalu ia mengambil dua keping obat dan
membukanya. Ia menyerahkan dua biji obat kepada Reina yang langsung diminum
oleh putrinya tersebut.
“Kamu istirahat aja lagi. Tadi teman
kamu udah ngomong ke atasan kamu kalau kamu izin dulu hari ini.” Reina
mengangguk. Ia kembali menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan mengubah
posisinya agar menjadi lebih nyaman.
“Mama keluar dulu, ya.” Reina kembali
mengangguk. Matanya mengikuti langkah kaki mamanya yang berjalan menuju pintu.
Mama Reina memiliki tubuh yang cukup tinggi, sekitar 167 cm. Tubuh langsingnya
tersebut berpadu dengan kulit putih dan wajah yang tidak kalah cantik dari
Reina walaupun usianya tidak lagi muda.
Reina meraih tas miliknya yang ada ditempat
tidur samping kanannya. Ia membuka resleting tasnya dan mengambil ponsel. Reina mengusap layar ponselnya dan memasukkan kode
berupa tanggal lahir Rizky. Setelah terbuka, Reina membuka menu sebuah
aplikasi. Ia menekan pesan teratas dari Rizky, lalu mencoba menelepon
kekasihnya tersebut.
Setelah menyentuh tombol telepon, Reina
menempelkan ponselnya ke telinga. Setelah menunggu beberapa saat, Reina
mendesah kecewa karena yang berbicara adalah operator seluler. Reina merasa
tubuhnya kembali lemas. Dengan perlahan ia kembali membaringkan tubuhnya diatas
ranjang sambil meringkuk dan memejamkan matanya. Sebelum terlelap, Reina sempat
menyebutkan nama Rizky dan berharap jika Rizky datang menemaninya.
*******
Reina merasakan elusan di kepalanya.
Bukannya merasa terganggu, Reina merasa kalau sentuhan tersebut membuatnya
semakin nyaman. Kepala dan tubuh Reina bergerak mencari sumber elusan tersebut.
Namun hidung dan telinganya mencium wangi parfum dan kekehan yang membuat Reina
langsung membuka matanya. Reina terperanjat setelah melihat siapa yang kini tengah
memeluknya dan menatapnya dengan penuh kerinduan.
“Rizky? Kamu kapan datangnya?”
Reina merasa begitu bahagia karena dapat
mendengar tawa Rizky. Tangan Reina mendekap tubuh Rizky dengan erat dan
bersandar didada milik Rizky yang ia rindukan selama hampir tiga bulan. Reina merasakan
kalau Rizky juga memeluknya dengan erat.
“Aku khawatir banget sama kamu waktu
Mama kamu bilang kamu pingsan. Perasaan aku udah nggak enak sejak pagi.”
“Terus kerjaan kamu?”
“Tim aku yang handle. Mungkin ngelihat aku yang panik, mereka kasihan dan
ngizinin aku buat pulang. Untungnya ada pesawat menuju Jakarta yang
berangkatnya cepat.”
Reina mendongak menatap Rizky. Tangan Reina
bergerak menuju wajah Rizky yang terlihat lebih cokelat dari sebelumnya. Ia juga
baru menyadari kalau Rizky sekarang memiliki kumis dan jenggot yang tipis.
“Kamu kumisan sama jenggotan sekarang?”
Reina mengelus rahang Rizky dan turun ke dagu. Ia merasa geli karena buku-bulu
tipis yang menghiasi wajah kekasihnya tersebut.
“Iya. Aku tambah ganteng, nggak?”
Reina tersenyum malu-malu dan
mengangguk. Raut wajah Reina yang menggemaskan membuat Rizky tidak tahan untuk
tidak mengecup kening Reina. Keduanya kembali saling mendekap erat untuk
menghilangkan kerinduan yang selama beberapa bulan ini menyiksa mereka.
*******
Waktu menunjukkan pukul 16.05 WIB. Sudah
satu jam Rizky menemani Reina sejak kedatangan tiba-tibanya. Reina tampak tidak
ingin jauh dari Rizky. Ia meminta Rizky untuk selalu menemaninya dengan alasan
besok mereka harus kembali berpisah. Reina tidak mau membuang-buang waktu dan
ingin terus bersama Rizky.
Rizky sendiri tidak masalah dengan
kemauan Reina. Namun ia tetap sadar diri, tentu ia tidak bisa terus disamping
Reina. Ia merasa tidak enak dengan orang tau Reina dan Radha. Ia tetap harus
menjaga diri dan sikapnya di depan calon mertua dan kakak iparnya.
“Kamu disini aja, Ky. Aku masih kangen,”
rajuk Reina sambil memainkan jemarinya didada Rizky. Rizky menangkap jemari
tersebut dan memegangnya. Rizky mencium jemari Reina lalu menautkannya dengan
jemarinya. Sejak datang, Reina tidak mengizinkan Rizky beranjak dari tempat
tidurnya dan menahan Rizky dengan terus memeluknya.
“Nggak bisa, Princess.”
Reina cemberut yang membuat Rizky
memajukan wajahnya mengecup pangkal hidung Reina. Dengan jarak yang begitu
dekat, Rizky menatap dalam Reina. Walaupun tidak banyak bicara, Rizky merasakan
rindu yang sama seperti yang Reina rasakan. Bahkan karena rasa rindunya, ia
rela menempuh perjalanan kilat hanya untuk menemui Reina.
Reina mengerjapkan matanya saat wajah
Rizky bergerak mendekat. Reina tidak lagi perduli karena ia juga
menginginkannya. Ia seakan memberi tanda kalau Rizky bisa melakukannya. Reina memudahkan
Rizky dengan sedikit memiringkan kepalanya. Namun saat hampir bersentuhan,
gerakan keduanya terhenti saat terdengar pintu terbuka dan teriakan dari depan pintu yang membuat keduanya
menatap ke arah suara.
“Upss... Sorry, Bang Rizky. Sorry,
Kak. Reina.”
Reiya tampak cengengesan sambil
mengangkat jari tengah dan telunjuknya. Lalu dengan segera ia pergi dan berlari
keluar dari kamar yang membuat Rizky dan Reina tergelak. Tetapi dengan cepat
Rizky mengecup apa yang sejak tadi begitu menggodanya. Ia dan Reina saling
mengumbar senyum dan berusaha menahan diri untuk tidak melakukan lebih dari
kecupan tersebut.
“Kamu kenapa sampai pingsan?” tanya
Rizky yang membuat Reina terdiam sesaat. Namun beberapa detik selanjutnya,
Reina kembali menatap Rizky sambil tersenyum.
“Kata Dokter aku kecapekan. Mungkin karena
capek kangen sama kamu.” Jawaban Reina membuat Rizky tertawa. Rizky tidak
menyangka ucapan tersebut keluar dari mulut seorang Reina.
“Kok diketawain, sih.” Reina mencubit
lengan Rizky yang membuat ia mengaduh kesakitan. Namun tawanya masih belum
berhenti yang membuat Reina kesal.
“Rizky! Udah ketawanya.” Reina kembali
mencubiti Rizky. Ia mencubit pinggang Rizky namun tangan Reina malah ditangkap
dan digenggam oleh Rizky.
“Maaf ya, Sayang.” Rizky meletakkan
tangan Reina dipinggangnya. Matanya kembali menatap Reina. Namun Reina merasa
jika tatapan Rizky tampak berubah.
“Kamu pergi sama Abimanyu?”
Reina langsung menggelengkan kepalanya.
Namun belum sempat ia berbicara, Rizky sudah kembali bertanya.
“Kata Melya, waktu kamu pingsan, kamu
lagi sama Abimanyu di lift.”
Raut wajah Reina mulai berubah. Ia memeluk
Rizky dan mulai terisak. Rizky merasakan kalau tubuh Reina bergetar. Tangan
Rizky mengusap punggung Reina, mencoba menenangkan kekasihnya tersebut.
“Maafin aku, Ky,” bisik Reina.
“Aku nggak marah sama kamu. Aku cuma mau
tahu apa yang udah dilakuin lelaki itu sampai kamu pingsan.”
Setelah merasa lebih baik, Reina mulai
menceritakan apa yang terjadi. Reina memeluk erat tubuh Rizky saat melihat
wajah Rizky yang mulai mengeras. Tidak ada lagi senyuman menghiasi wajah Rizky.
Reina juga merasa kalau tangan Rizky mengepal dan mengeras.
Reina mengelus punggung Rizky. Ia bernafas
lega saat merasakan tubuh Rizky mulai melunak dan membalas dekapanna. Reina
memejamkan matanya saat merasakan kecupan Rizky di kepalanya serta elusan
tangan Rizky di punggungnya.
“Kamu harus lebih hati-hati lagi dari
lelaki itu.” Reina mengangguk. Reina menatap Rizky dan kembali mengelus wajah
Rizky. Reina mengumbar senyum tipis dengan mata sendunya.
“Iya. Aku janji bakalan lebih hati-hati
lagi. Kamu nggak perlu khawatir.”
“Anak pintar. Sekarang kamu istirahat,
ya.”
Reina mengangguk. Ia kembali memeluk
Rizky sambil memejamkan matanya. Reina merasa matanya semakin berat seiring
dengan elusan lembut Rizky di kepalanya. Tidak perlu waktu lama, Reina sudah
terlelap.
Setelah memastikan Reina tidur dengan
lelap, Rizky melepaskan pelukan Reina. Ia membenarkan posisi tubuh Reina dan
menyelimutinya. Tidak lupa Rizky kembali mengecup kening Reina. Dengan langkah
tegapnya, Rizky keluar dari kamar Reina untuk pulang. Namun sebelum itu, ia
ingin pergi ke sebuah tempat terlebih dahulu untuk menemui seseorang yang sudah
membuat emosinya naik tidak terkira.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Dua event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar