Sudah dua bulan kejadian yang
menggemparkan rumah keluarga Routh berlalu. Suasana memang telah kembali, namun
masih ada sisa-sisa ketegangan antara Ayah dan anak yang terjadi. Ayah dan anak
tersebut masih saling mengobarkan api permusuhan karena kekeraskepalaannya
masing-masing. Namun tampaknya keduanya masih belum ada mau yang mengalah.
Yasmin yang kini sudah bertambah besar,
mulai semakin mengerti dengan keadaan yang terjadi. Yasmin selalu berusaha
menghibur dan menemani Hans saat anak itu keluar dari kamarnya atau berada di
rumah. Sejak kejadian itu, Hans lebih sering menghabiskan waktu di luar atau di
dalam kamarnya. Ia tidak pernah lagi berkumpul bersama Ayahnya atau bersama
anggota keluarga Routh lainnya.
Setiap harinya Yasmin disibukkan dengan
melakukan hal-hal yang bisa menghibur Hans. Ia melakukan berbagai macam hal
dari hal yang lucu, konyol, aneh bahkan memalukan agar ia bisa melihat Hans
kembali tersenyum. Namun hasilnya tetap sama. Hans masih tetap murung dan
menampakkan raut sedih di wajahnya.
Jika tidak ada kegiatan atau les, Yasmin
akan mendatangi Hans ke kamar. Jika Hans mengunci kamarnya, Yasmin akan
menggedor pintu kamar Hans dan berusaha mengajak Hans keluar dari kamar untuk
bermain dengannya. Namun kadang-kadang yang didapatkan Yasmin hanyalah teriakan
dan bentakan dari Hans yang terkadang membuat Yasmin menitikkan air mata.
Kadang Yasmin juga merasa sedih saat
Hans tidak mau mendengarkannya. Ia berusaha keras agar Hans bisa kembali ceria,
namun terkadang yang didapatkan Yasmin hanyalah usiran dan cacian dari Hans.
Yasmin juga sama seperti anak perempuan lainnya, ia bisa terluka dan sedih
karena ucapan yang menyakitinya.
Jika sedang sedih, maka Yasmin akan
mencari Randi. Ia akan menangis dan menumpahkan semua isi hatinya pada anak
lelaki tersebut. Yasmin tidak segan-segan memeluk anak lelaki tersebut walaupun
ia sering mendapat pesan dari Mamanya untuk menjaga diri dan sikapnya didepan
lelaki. Tetapi dengan Randi, Yasmin merasa tidak perlu khawatir tentang apapun.
Ia merasa sangat nyaman dengan Randi.
“Mas Hans tidak mau mendengarkanku lagi,
Ran,” adu Yasmin pada Randi saat anak lelaki itu berkunjung ke rumahnya. Ia
mengabari Randi lewat telepon dan meminta anak lelaki tersebut untuk datang ke
rumah.
“Mungkin Hans sedang dalam keadaan yang
tidak baik, Yas.” Randi mengusap kepala Yasmin dengan pelan. Ia membiarkan
Yasmin melakukan apapun sesuka hatinya pada dirinya.
“Tapi aku lelah, Ran. Aku lelah Mas Hans
selalu tidak menghiraukanku.”
“Kau menyayangi Hans, bukan?”
Yasmin menjawab dengan anggukan. Randi
menatap anak perempuan yang menggunakan baju atasan berwarna putih dan rok
selutut berwarna merah muda polkadot sambil tersenyum tipis. Tangan Randi
mengusap pelan kepala Yasmin yang bersandar di dadanya.
“Kau tidak memiliki alasan untuk lelah
demi orang yang kau sayangi, Yas. Kau akan terus berusaha melakukan apapun
untuk kebahagiaan orang yang kau sayangi tanpa peduli bagaimanapun balasannya.”
Mata Yasmin mengerjap mendengar uapan
Randi. Namun akhirnya ia menganggukkan kepalanya walaupun ia belum mengerti
seratus persen apa maksud Randi.
“Jadi apa aku harus terus berusaha
menghibur Mas Hans?” tanya Yasmin.
“Lakukan apa yang menurutmu baik, Yas. Tapi
jangan lupakan dirimu sendiri. Kau juga perlu memperhatikan diri dan hidupmu
sendiri.”
Yasmin kembali menganggukkan kepalanya.
Mungkin jika anak lain yang seusianya, kata-kata yang diucapkan Randi tidak
akan dapat dimengerti. Namun berbeda dengan Yasmin yang memang memiliki
perasaan yang peka diusianya yang baru menginjak 14 tahun.
“Terima kasih, Ran. terima kasih sudah
mau mendengarkan ceritaku.” Yasmin kembali menatap Randi yang sedang tersenyum
kepadanya. Bagi Yasmin, Randi memiki senyum yang menawan dimatanya. Hal itu
baru ia sadari sejak satu tahun yang lalu. Yasmin merasa senang saat melihat
senyuman tersebut menghiasi wajah Randi.
“Sama-sama, Yas. Kau selalu memiliki aku
jika kau membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritamu.”
Yasmin tersenyum. Tubuhnya bergerak
menuju tubuh Randi. Tangan Yasmin melingkar diantara lengan hingga punggung
anak lelaki berusia 18 tahun tersebut. Dengan nalurinya, Yasmin memeluk Randi
dan menyandarkan kepalanya di dada anak lelaki yang sudah beranjak dewasa itu.
*******
Waktu yang terus maju meninggalkan semua
yang telah terjadi dihari sebelumnya. Namun semuanya masih tidak berubah dan
malah semakin parah. Yasmin merasa tidak sanggup lagi karena nyatanya Hans
semakin menutup dirinya. Hans akan berbicara seadanya dan seperlunya dengan
anggota keluarga Routh. Bahkan saat berkumpul dengan keluarganya dihari-hari
besar, ia memilih mendekam di dalam kamar. Ia menutup diri dengan keluarganya
sendiri dan lebih memilih menyendiri bersama beberapa kenangannya bersama Lova.
Tidak terasa Hans dan Yasmin
menyelesaikan sekolahnya masing-masing. Hans menyelesaikan sekolah menangah
atasnya dan Yasmin menyelesaikan sekolah menengah pertamanya yang bertaraf
internasional. Keduanya lulus dengan nilai yang memuaskan. Kelulusan tersebut
dirayakan oleh keluarga Routh dengan pesta sederhana.
Pesta tersebut hanya dihadiri oleh orang
terdekat. Tetapi tidak lupa pula Yasmin mengundang Randi. Pesta tersebut
diadakan di taman samping rumah keluarga Routh. Pesta tersebut dihadiri oleh
Rianti Routh yang merupakan Nenek Hans dan Yasmin, Christian yang merupakan
Ayahnya Hans, Bibi Maria atau Mamanya Yasmin, Bibi Maisya, asisten rumah tangga
serta pengasuh Yasmin dan juga Randi sebagai tamu khusus untuk Yasmin.
Pesta kecil tersebut berlangsung di sore
hari. Bibi Maisya, Randi serta Yasmin bertugas memanggang daging sapi. Daging sapi
tersebut akan diolah menjadi steak
yang merupakan makanan kesukaaan Hans. Hans sendiri memilih duduk di gazebo
bersama Rianti, Christian dan Maria.
Randi dan Yasmin tampak begitu senang. Tidak
henti-hentinya Yasmin tertawa saat Randi membuat lelucon-lelucon yang
menggelikan. Tidak hanya Yasmin, Bibi Maisya juga ikut menertawakan Randi. Kebahagiaan
begitu jelas terpancar di wajah Yasmin yang juga memancing senyuman Randi tanpa
disadari oleh siapapun.
Selesai memanggang daging, Bibi Maisya,
Randi dan Yasmin membawa daging-daging tersebut ke gazebo. Disana sudah
tersedia perlengkapan makan seperti piring, sendok, garpu, pisau dan lain-lainnya
yang ditata oleh asisten rumah tangga di rumah keluarga Routh.
Yasmin duduk disamping Hans dan Randi. Didepannya
duduk Rianti, Christian dan Maria. Gazebo sudah diatur dan dilengkapi dengan
meja dan kursi untuk acara makan bersama tersebut.
Selesai menyantap makanan, sambil
menyantap hidangan pencuci mulut. Christian mulai membuka suara. Ia menyampaikan
keputusan yang sudah ia bicarakan bersama Rianti dan Maria. Ia telah
merencanakan sesuatu untuk masa depan putranya. Dan rencana tersebut melibatkan
Yasmin didalamnya.
“Ayah sudah merencanakan agar kau
melanjutkan kuliahmu di New York, Hans. Nenek dan Bibi Maria sudah setuju. Selama
di New York, kau akan tinggal bersama Bibi Maria dan Yasmin. Kau tidak akan
sendirian disana.”
Tangan Yasmin yang sedang meraih gelas
langsung terhenti. Wajah Yasmin menatap Christian. Lalu wajahnya memutar
menatap Randi yang juga sedang menatapnya dengan sorot yang tidak dapat
diartikan.
“Jadi aku akan melanjutkan sekolahku di
New York, Paman?”
“Ya, Yasmin. Paman ingin kau menemani
Hans disana.”
Ucapan Christian membuat Yasmin kembali
menoleh ke arah Randi. Tampak di mata keduanya sorot sedih yang hanya dipahami
oleh mereka berdua. Namun sorot sedih tersebut sempat tertangkap oleh Maria,
Mama Yasmin.
“Kalian akan berangkat dua minggu lagi. Aku
akan mengurus semuanya, kalian hanya tinggal mempersiapkan diri dan semua yang
perlu dibawa.”
Yasmin mengangguk pelan. Namun sorot
matanya tampak ia tidak menerima keputusan tersebut. Ia memang senang karena
dapat bersama Hans. Namun baru kali ini ia merasa sedih saat harus berpisah
dengan Randi yang sudah menemaninya selama hampir empat tahun.
Sampai acara berakhir, Yasmin hanya diam. Pikirannya
melayang tentang sesuatu. Untuk pertama kalinya ia ingin menolak. Namun ia
tahu, ia tidak memiliki kekuatan untuk menolak ucapan Christian apalagi Mamanya
juga telah menyetujui. Dengan berat hati, Yasmin menerima keputusan tersebut
dan mulai mempersiapkan dirinya.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Tiga event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar