Rabu, 03 Mei 2017

Randi dan Yasmin (Delapan) (#30DWCJILID5)



Sudah dua bulan kejadian yang menggemparkan rumah keluarga Routh berlalu. Suasana memang telah kembali, namun masih ada sisa-sisa ketegangan antara Ayah dan anak yang terjadi. Ayah dan anak tersebut masih saling mengobarkan api permusuhan karena kekeraskepalaannya masing-masing. Namun tampaknya keduanya masih belum ada mau yang mengalah.
Yasmin yang kini sudah bertambah besar, mulai semakin mengerti dengan keadaan yang terjadi. Yasmin selalu berusaha menghibur dan menemani Hans saat anak itu keluar dari kamarnya atau berada di rumah. Sejak kejadian itu, Hans lebih sering menghabiskan waktu di luar atau di dalam kamarnya. Ia tidak pernah lagi berkumpul bersama Ayahnya atau bersama anggota keluarga Routh lainnya.
Setiap harinya Yasmin disibukkan dengan melakukan hal-hal yang bisa menghibur Hans. Ia melakukan berbagai macam hal dari hal yang lucu, konyol, aneh bahkan memalukan agar ia bisa melihat Hans kembali tersenyum. Namun hasilnya tetap sama. Hans masih tetap murung dan menampakkan raut sedih di wajahnya.
Jika tidak ada kegiatan atau les, Yasmin akan mendatangi Hans ke kamar. Jika Hans mengunci kamarnya, Yasmin akan menggedor pintu kamar Hans dan berusaha mengajak Hans keluar dari kamar untuk bermain dengannya. Namun kadang-kadang yang didapatkan Yasmin hanyalah teriakan dan bentakan dari Hans yang terkadang membuat Yasmin menitikkan air mata.
Kadang Yasmin juga merasa sedih saat Hans tidak mau mendengarkannya. Ia berusaha keras agar Hans bisa kembali ceria, namun terkadang yang didapatkan Yasmin hanyalah usiran dan cacian dari Hans. Yasmin juga sama seperti anak perempuan lainnya, ia bisa terluka dan sedih karena ucapan yang menyakitinya.
Jika sedang sedih, maka Yasmin akan mencari Randi. Ia akan menangis dan menumpahkan semua isi hatinya pada anak lelaki tersebut. Yasmin tidak segan-segan memeluk anak lelaki tersebut walaupun ia sering mendapat pesan dari Mamanya untuk menjaga diri dan sikapnya didepan lelaki. Tetapi dengan Randi, Yasmin merasa tidak perlu khawatir tentang apapun. Ia merasa sangat nyaman dengan Randi.
“Mas Hans tidak mau mendengarkanku lagi, Ran,” adu Yasmin pada Randi saat anak lelaki itu berkunjung ke rumahnya. Ia mengabari Randi lewat telepon dan meminta anak lelaki tersebut untuk datang ke rumah.
“Mungkin Hans sedang dalam keadaan yang tidak baik, Yas.” Randi mengusap kepala Yasmin dengan pelan. Ia membiarkan Yasmin melakukan apapun sesuka hatinya pada dirinya.
“Tapi aku lelah, Ran. Aku lelah Mas Hans selalu tidak menghiraukanku.”
“Kau menyayangi Hans, bukan?”
Yasmin menjawab dengan anggukan. Randi menatap anak perempuan yang menggunakan baju atasan berwarna putih dan rok selutut berwarna merah muda polkadot sambil tersenyum tipis. Tangan Randi mengusap pelan kepala Yasmin yang bersandar di dadanya.
“Kau tidak memiliki alasan untuk lelah demi orang yang kau sayangi, Yas. Kau akan terus berusaha melakukan apapun untuk kebahagiaan orang yang kau sayangi tanpa peduli bagaimanapun balasannya.”
Mata Yasmin mengerjap mendengar uapan Randi. Namun akhirnya ia menganggukkan kepalanya walaupun ia belum mengerti seratus persen apa maksud Randi.
“Jadi apa aku harus terus berusaha menghibur Mas Hans?” tanya Yasmin.
“Lakukan apa yang menurutmu baik, Yas. Tapi jangan lupakan dirimu sendiri. Kau juga perlu memperhatikan diri dan hidupmu sendiri.”
Yasmin kembali menganggukkan kepalanya. Mungkin jika anak lain yang seusianya, kata-kata yang diucapkan Randi tidak akan dapat dimengerti. Namun berbeda dengan Yasmin yang memang memiliki perasaan yang peka diusianya yang baru menginjak 14 tahun.
“Terima kasih, Ran. terima kasih sudah mau mendengarkan ceritaku.” Yasmin kembali menatap Randi yang sedang tersenyum kepadanya. Bagi Yasmin, Randi memiki senyum yang menawan dimatanya. Hal itu baru ia sadari sejak satu tahun yang lalu. Yasmin merasa senang saat melihat senyuman tersebut menghiasi wajah Randi.
“Sama-sama, Yas. Kau selalu memiliki aku jika kau membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritamu.”
Yasmin tersenyum. Tubuhnya bergerak menuju tubuh Randi. Tangan Yasmin melingkar diantara lengan hingga punggung anak lelaki berusia 18 tahun tersebut. Dengan nalurinya, Yasmin memeluk Randi dan menyandarkan kepalanya di dada anak lelaki yang sudah beranjak dewasa  itu.
*******
Waktu yang terus maju meninggalkan semua yang telah terjadi dihari sebelumnya. Namun semuanya masih tidak berubah dan malah semakin parah. Yasmin merasa tidak sanggup lagi karena nyatanya Hans semakin menutup dirinya. Hans akan berbicara seadanya dan seperlunya dengan anggota keluarga Routh. Bahkan saat berkumpul dengan keluarganya dihari-hari besar, ia memilih mendekam di dalam kamar. Ia menutup diri dengan keluarganya sendiri dan lebih memilih menyendiri bersama beberapa kenangannya bersama Lova.
Tidak terasa Hans dan Yasmin menyelesaikan sekolahnya masing-masing. Hans menyelesaikan sekolah menangah atasnya dan Yasmin menyelesaikan sekolah menengah pertamanya yang bertaraf internasional. Keduanya lulus dengan nilai yang memuaskan. Kelulusan tersebut dirayakan oleh keluarga Routh dengan pesta sederhana.
Pesta tersebut hanya dihadiri oleh orang terdekat. Tetapi tidak lupa pula Yasmin mengundang Randi. Pesta tersebut diadakan di taman samping rumah keluarga Routh. Pesta tersebut dihadiri oleh Rianti Routh yang merupakan Nenek Hans dan Yasmin, Christian yang merupakan Ayahnya Hans, Bibi Maria atau Mamanya Yasmin, Bibi Maisya, asisten rumah tangga serta pengasuh Yasmin dan juga Randi sebagai tamu khusus untuk Yasmin.
Pesta kecil tersebut berlangsung di sore hari. Bibi Maisya, Randi serta Yasmin bertugas memanggang daging sapi. Daging sapi tersebut akan diolah menjadi steak yang merupakan makanan kesukaaan Hans. Hans sendiri memilih duduk di gazebo bersama Rianti, Christian dan Maria.
Randi dan Yasmin tampak begitu senang. Tidak henti-hentinya Yasmin tertawa saat Randi membuat lelucon-lelucon yang menggelikan. Tidak hanya Yasmin, Bibi Maisya juga ikut menertawakan Randi. Kebahagiaan begitu jelas terpancar di wajah Yasmin yang juga memancing senyuman Randi tanpa disadari oleh siapapun.
Selesai memanggang daging, Bibi Maisya, Randi dan Yasmin membawa daging-daging tersebut ke gazebo. Disana sudah tersedia perlengkapan makan seperti piring, sendok, garpu, pisau dan lain-lainnya yang ditata oleh asisten rumah tangga di rumah keluarga Routh.
Yasmin duduk disamping Hans dan Randi. Didepannya duduk Rianti, Christian dan Maria. Gazebo sudah diatur dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk acara makan bersama tersebut.
Selesai menyantap makanan, sambil menyantap hidangan pencuci mulut. Christian mulai membuka suara. Ia menyampaikan keputusan yang sudah ia bicarakan bersama Rianti dan Maria. Ia telah merencanakan sesuatu untuk masa depan putranya. Dan rencana tersebut melibatkan Yasmin didalamnya.
“Ayah sudah merencanakan agar kau melanjutkan kuliahmu di New York, Hans. Nenek dan Bibi Maria sudah setuju. Selama di New York, kau akan tinggal bersama Bibi Maria dan Yasmin. Kau tidak akan sendirian disana.”
Tangan Yasmin yang sedang meraih gelas langsung terhenti. Wajah Yasmin menatap Christian. Lalu wajahnya memutar menatap Randi yang juga sedang menatapnya dengan sorot yang tidak dapat diartikan.
“Jadi aku akan melanjutkan sekolahku di New York, Paman?”
“Ya, Yasmin. Paman ingin kau menemani Hans disana.”
Ucapan Christian membuat Yasmin kembali menoleh ke arah Randi. Tampak di mata keduanya sorot sedih yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Namun sorot sedih tersebut sempat tertangkap oleh Maria, Mama Yasmin.
“Kalian akan berangkat dua minggu lagi. Aku akan mengurus semuanya, kalian hanya tinggal mempersiapkan diri dan semua yang perlu dibawa.”
Yasmin mengangguk pelan. Namun sorot matanya tampak ia tidak menerima keputusan tersebut. Ia memang senang karena dapat bersama Hans. Namun baru kali ini ia merasa sedih saat harus berpisah dengan Randi yang sudah menemaninya selama hampir empat tahun.
 Sampai acara berakhir, Yasmin hanya diam. Pikirannya melayang tentang sesuatu. Untuk pertama kalinya ia ingin menolak. Namun ia tahu, ia tidak memiliki kekuatan untuk menolak ucapan Christian apalagi Mamanya juga telah menyetujui. Dengan berat hati, Yasmin menerima keputusan tersebut dan mulai mempersiapkan dirinya.

***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Tiga event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar