Sabtu, 06 Mei 2017

Tentang Cinta (Delapan) (#30DWCJILID5)



Reina membuka matanya saat ia merasakan elusan di kepalanya. Reina merasa tubuhnya dihimpit oleh seseorang. Perlahan Reina membuka matanya. Senyumnya langsung mengembang saat matanya menangkap sosok yang sempat ia cari saat terjaga tengah malam tadi.





“Tadi malam kamu kemana, Ky? Aku nyariin kamu,” rengek Reina yang membuat Rizky terkekeh. Rizky mengusap rahang Reina dan memberi kecupan di kening perempuan tersebut.
“Selamat pagi, Princess.” Rizky menjauhi tubuh Reina yang ia himpit dan duduk ditepi tempat tidur. Sedangkan Reina masih dengan posisi berbaring menatap kekasihnya yang sudah tampak rapi dengan kemeja dan celananya. Padahal waktu masih menujukkan pukul 06.19 pagi.
“Kok kamu udah rapi? Kamu mau kemana?”
Rizky tersenyum. Ia meraih tangan Reina dan menggenggamnya dengan setengah membungkuk.
“Aku harus kembali ke Kalimantan, Princess. Pesawat aku take off jam sembilan nanti.”
Raut wajah Reina langsung berubah. Senyumnya menghilang dan matanya mulai meredup. Reina menatap sendu Rizky yang juga menatapnya. Tampak di mata keduanya binar sedih tidak ingin berpisah.
“Kamu harus balik lagi?” Rizky mengangguk. Jemari Rizky mengelus tangan Reina mencoba menenangkan perempuan tersebut.
“Kenapa nggak nanti aja? Aku masih mau ditemani sama kamu,” kata Reina dengan suara yang serak. Matanya juga mulai berair  yang membuat Rizky mendekati dan memeluk Reina.
“Aku juga masih mau disini, Reina. Aku janji secepatnya akan pulang.”
Rizky mendengar isak tangis Reina didekapannya. Ia membiarkan Reina memeluknya dengan erat. Tangan Rizky mengelus punggung Reina dengan pelan dan mengecup puncak kepala Reina.
“Aku kerja demi kamu, Reina. Aku janji setelah ini kita nggak akan terpisah lagi. Aku akan sama kamu terus.”
“Aku nggak mau kamu pergi lagi, Ky. Aku takut,” bisik Reina disela isak tangisnya.
“Kamu nggak perlu takut. Nggak akan ada lagi yang berani gangguin atau nyakitin kamu, Princess.”
Reina menggelengkan kepalanya. Ia tetap bersikeras agar Rizky tidak pergi dan tidak mau melepaskan pelukannya. Bahkan didepan Radha dan Mamanya, Reina tetap tidak mau melepaskan Rizky.
“Rizky harus kerja, Rei. Kamu harus ngerti,” kata Radha yang ikut memberi pengertian kepada Reina.
“Rizky minggu depan cuti ‘kan? Kamu punya lebih banyak waktu sama Rizky, Rei.” Mamanya Reina pun ikut membujuk putrinya tersebut. Tetapi Reina masih tetap keras kepala.
“Aku takut, Ky. Aku takut Abimanyu gangguin aku lagi,” ucap Reina dengan pelan didada Rizky. Tangan Reina masih melingkar di punggung Rizky dengan erat.
“Kamu nggak perlu takut. Abimanyu nggak bakalan berani lagi gangguin kamu.” Reina mendongakkan kepalanya, ia menatap Rizky mencari tahu apa Rizky bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
“Kamu nggak perlu khawatir, Reina. Abimanyu nggak akan berani nyentuh kamu lagi.” Reina menganggukkan kepalanya. Ia kembali membenamkan wajahnya di dada Rizky.
“Tapi aku masih mau sama kamu,” rengek Reina dengan manja yang membuat Rizky terkekeh serta Radha dan Mamanya Reina menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Reina yang manja.
“Dasar manja,” ledek Radha yang bersandar di dinding dekat pintu.
“Biarin.” Reina menjulurkan lidahnya pada saudaranya tersebut. Rizky hanya tertawa sambil mengelus pungggung Reina dan Mama Reina hanya bisa kembali menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya.
 “Sudah, sekarang kamu mandi, Rei. Baru kita sarapan bareng.”
“Iya, Tante,” jawab Rizky. Mama Reina dan Radha keluar dari kamar Reina meninggalkan Rizky dan Reina yang masih enggan melepas pelukannya.
“Kamu mandi dulu, ya? Atau mau aku mandiin?” goda Rizky yang membuat Reina tersenyum malu-malu. Reina memukul pelan dada Rizky dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada Rizky.
“Aku serius Reina, kamu mau aku mandiin atau mandi sendi.... Aw..., sakit, Princess?” Rizky mengelus pinggang kanannya yang baru saja mendapat cubitan dari Reina. Ia tersenyum menatap Reina yang sudah melepaskan pelukannya.
“Aku mandi sendiri aja. Tapi kamu tunggu disini, jangan kemana-mana.”
Belum sempat Rizky menjawab, Reina sudah meninggalkannya. Rizky menggelengkan kepalanya sambil menatap Reina yang berjalan menuju kamar mandi. Sembari menunggu Reina, Rizky mengambil ponselnya yang ia simpan di kantong celana, ia membuka ponselnya dan membaca pesan dan e-mail yang masuk sambil menunggu Reina.

*******

Setelah mandi, Reina dan Rizky turun ke ruang makan. Disana keluarga Reina sudah berkumpul. Reiya dan Reika sudah menyantap sarapannya. Sedangkan Radha, Papa dan Mama Reina tampak berbincang. Pembicaraan mereka terhenti setelah mendengar suara derit kursi yang ditarik oleh Reina dan Rizky.
“Kamu sudah sembuh, Rei?” tanya Papa Reina yang langsung dijawab oleh Reika.
“Kayaknya udah, Pa, tapi pemyakit manja sama Bang Rizkynya aja yang belum.” Reina menatap tajam Reika yang dibalas juluran lidah oleh Reika.
“Berisik, anak kecil.”
“Sudah, ayo sarapan dulu. Nanti semuanya bisa terlambat,” tegur Mama Reina. Mereka semua mulai melahap menu sarapan berupa roti isi dan nasi goreng.

“Kamu ditugasin di mana, Ky?” tanya Papa Reina setelah mereka menyelesaikan sarapannya.
“Di Palangkaraya, Om.” Papa Reina menganggukkan kepalanya. Keluarga Reina memang sudah menerima Rizky dengan baik. Mereka sudah nyaman dengan Rizky sebagai salah satu calon menantu keluarga tersebut
“Berapa bulan lagi kamu disana?”
“Sekitar tiga bulan lagi, Om.” Papa Reina menganggukkan kepalanya. Tetapi pertanyaan yang diucapkan Papa Reina mampu membuat seluruh orang tersedak.
“Kapan kamu berencana melamar Reina?” tanya Papa Reina dengan nada yang tegas.
“Papa ngomong apaan, sih,” sela Reina yang kelabakan dengan pertanyaan Papanya.
“Saya memang sudah berencana melamar Reina sepulang dari Kalimantan, Om. Mungkin sekitar akhir tahun nanti saya akan membawa keluarga saya kemari untuk melamar Reina.”
Reina menoleh ke samping dimana Rizky berada. Reina menangkap raut wajah serius Rizky yang sedang menatap Papanya. Reina mengalihkan tatapannnya ke wajah Papanya. Ia juga melihat raut serius pada wajah orang tuanya tersebut.
“Bagus, Om tunggu kedatangan kamu sama keluarga kamu kesini.”
Papa Reina meninggalkan meja makan setelah mengucapkan kalimat tersebut. Semua yang ada di meja makan menghela nafas lega termasuk Rizky. Ia merasa baru saja melewati ujian super keras. Dan Rizky senang Papa Reina percaya padanya.
Reika dan Reiya berpamitan untuk berangkat ke sekolah dan kampus. Mereka lebih dulu meninggalkan meja makan menyusul Papa mereka. Di meja makan tersisa Rizky, Reina, Radha dan Mama mereka.
“Kamu nggak usah ambil pusing ucapan Om, Ky,” kata Mama Reina setelah para anak-anak pergi. Ia juga merasa tidak nyaman atas ucapan suaminya tersebut.
“Nggak pa-pa, Tante. Saya memang sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Dan saya sudah yakin dengan keputusan saya.”
Ucapan Rizky itu membuat Reina tersenyum. Reina merasa bahagia menyeruak dalam hatinya. Reina bahkan tidak bisa menghentikan senyumnya yang masih terus mengembang diwajahnya.
“Udah yakin kamu, Ky? Reina itu nggak bisa ngerjain pekerjaan rumah. Just for your information, aja,” kata Radha tanpa memperdulikan Reina yang langsung memberinya tatapan tajam.
“Bang Radha!” geram Reina yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Radha.
“Yakin, Bang. Nanti kami akan belajar sama-sama. Reina pasti bakalan bisa,” bela Rizky. Senyum Reina kembali mengembang. Bahkan ia menjulurkan lidahnya pada Radha.
“Kamu juga, Dha, kapan kamu bawa Papa sama Mama ke rumah pacar kamu.” Ucapan Mama Reina tersebut langsung disambung Reina yang ingin membalas Radha.
“Benar tuh, Bang. Kapan Bang Radha mau ngelamar kayak Rizky?”
Semua orang tertawa melihat raut wajah masam Radha. Reina tertawa dengan puas karena berhasil membalas saudaranya tersebut. Radha meninggakan meja makan karena ia ingin bersiap untuk bekerja. Lalu Mama Reina juga menyusul Papa Reina, menyisakan Rizky dan Reina di meja makan.
“Kamu serius sama apa yang kamu omongin sama Papa?” tanya Reina. Ia menatap Rizky yang juga sedang menatapnya.
“Kan aku udah bilang, aku serius, Reina,” kata Rizky.
“Tapi apa ini nggak terlalu cepat?” ada sedikit keraguan yang terdengar di suara Reina.
“Nggak ada yang terlalu cepat, Reina. Aku sudah yakin sama kamu. Dan aku harap kamu juga begitu.”
Walaupun masih merasa ragu, Reina menganggukkan kepalanya. Ia tidak ingin membuat Rizky terganggu dan kehilangan fokusnya karena ia merasa tidak yakin. Reina menatap Rizky yang sedang menggenggam kedua tangannya.
“Aku cinta sama kamu, Reina. Dan aku mau kamu jadi penyempurna hidupku dan juga Ibu dari anak-anakku nanti.” Reina hampir meneteskan matanya mendengar ucapan Rizky. Reina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban karena ia tidak bisa lagi bersuara. Reina membalas pelukan Rizky sambil berucap pelan.
“Aku juga cinta sama kamu, Ky. Aku mau jadi Ibu dari anak-anak kamu.”.


***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Enam event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar