Reina membuka matanya saat ia merasakan elusan di
kepalanya. Reina merasa tubuhnya dihimpit oleh seseorang. Perlahan Reina
membuka matanya. Senyumnya langsung mengembang saat matanya menangkap sosok
yang sempat ia cari saat terjaga tengah malam tadi.
“Tadi malam kamu kemana, Ky? Aku nyariin kamu,”
rengek Reina yang membuat Rizky terkekeh. Rizky mengusap rahang Reina dan
memberi kecupan di kening perempuan tersebut.
“Selamat pagi, Princess.”
Rizky menjauhi tubuh Reina yang ia himpit dan duduk ditepi tempat tidur.
Sedangkan Reina masih dengan posisi berbaring menatap kekasihnya yang sudah
tampak rapi dengan kemeja dan celananya. Padahal waktu masih menujukkan pukul
06.19 pagi.
“Kok kamu udah rapi? Kamu mau kemana?”
Rizky tersenyum. Ia meraih tangan Reina dan
menggenggamnya dengan setengah membungkuk.
“Aku harus kembali ke Kalimantan, Princess. Pesawat aku take off jam sembilan nanti.”
Raut wajah Reina langsung berubah. Senyumnya
menghilang dan matanya mulai meredup. Reina menatap sendu Rizky yang juga
menatapnya. Tampak di mata keduanya binar sedih tidak ingin berpisah.
“Kamu harus balik lagi?” Rizky mengangguk. Jemari
Rizky mengelus tangan Reina mencoba menenangkan perempuan tersebut.
“Kenapa nggak nanti aja? Aku masih mau ditemani sama
kamu,” kata Reina dengan suara yang serak. Matanya juga mulai berair yang membuat Rizky mendekati dan memeluk
Reina.
“Aku juga masih mau disini, Reina. Aku janji
secepatnya akan pulang.”
Rizky mendengar isak tangis Reina didekapannya. Ia membiarkan
Reina memeluknya dengan erat. Tangan Rizky mengelus punggung Reina dengan pelan
dan mengecup puncak kepala Reina.
“Aku kerja demi kamu, Reina. Aku janji setelah ini kita
nggak akan terpisah lagi. Aku akan sama kamu terus.”
“Aku nggak mau kamu pergi lagi, Ky. Aku takut,”
bisik Reina disela isak tangisnya.
“Kamu nggak perlu takut. Nggak akan ada lagi yang
berani gangguin atau nyakitin kamu, Princess.”
Reina menggelengkan kepalanya. Ia tetap bersikeras
agar Rizky tidak pergi dan tidak mau melepaskan pelukannya. Bahkan didepan
Radha dan Mamanya, Reina tetap tidak mau melepaskan Rizky.
“Rizky harus kerja, Rei. Kamu harus ngerti,” kata
Radha yang ikut memberi pengertian kepada Reina.
“Rizky minggu depan cuti ‘kan? Kamu punya lebih
banyak waktu sama Rizky, Rei.” Mamanya Reina pun ikut membujuk putrinya
tersebut. Tetapi Reina masih tetap keras kepala.
“Aku takut, Ky. Aku takut Abimanyu gangguin aku
lagi,” ucap Reina dengan pelan didada Rizky. Tangan Reina masih melingkar di
punggung Rizky dengan erat.
“Kamu nggak perlu takut. Abimanyu nggak bakalan
berani lagi gangguin kamu.” Reina mendongakkan kepalanya, ia menatap Rizky
mencari tahu apa Rizky bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
“Kamu nggak perlu khawatir, Reina. Abimanyu nggak
akan berani nyentuh kamu lagi.” Reina menganggukkan kepalanya. Ia kembali
membenamkan wajahnya di dada Rizky.
“Tapi aku masih mau sama kamu,” rengek Reina dengan
manja yang membuat Rizky terkekeh serta Radha dan Mamanya Reina menggelengkan
kepalanya melihat tingkah laku Reina yang manja.
“Dasar manja,” ledek Radha yang bersandar di dinding
dekat pintu.
“Biarin.” Reina menjulurkan lidahnya pada saudaranya
tersebut. Rizky hanya tertawa sambil mengelus pungggung Reina dan Mama Reina
hanya bisa kembali menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya.
“Sudah,
sekarang kamu mandi, Rei. Baru kita sarapan bareng.”
“Iya, Tante,” jawab Rizky. Mama Reina dan Radha
keluar dari kamar Reina meninggalkan Rizky dan Reina yang masih enggan melepas
pelukannya.
“Kamu mandi dulu, ya? Atau mau aku mandiin?” goda
Rizky yang membuat Reina tersenyum malu-malu. Reina memukul pelan dada Rizky
dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada Rizky.
“Aku serius Reina, kamu mau aku mandiin atau mandi
sendi.... Aw..., sakit, Princess?”
Rizky mengelus pinggang kanannya yang baru saja mendapat cubitan dari Reina. Ia
tersenyum menatap Reina yang sudah melepaskan pelukannya.
“Aku mandi sendiri aja. Tapi kamu tunggu disini, jangan
kemana-mana.”
Belum sempat Rizky menjawab, Reina sudah
meninggalkannya. Rizky menggelengkan kepalanya sambil menatap Reina yang
berjalan menuju kamar mandi. Sembari menunggu Reina, Rizky mengambil ponselnya
yang ia simpan di kantong celana, ia membuka ponselnya dan membaca pesan dan e-mail yang masuk sambil menunggu Reina.
*******
Setelah mandi, Reina dan Rizky turun ke ruang makan.
Disana keluarga Reina sudah berkumpul. Reiya dan Reika sudah menyantap
sarapannya. Sedangkan Radha, Papa dan Mama Reina tampak berbincang. Pembicaraan
mereka terhenti setelah mendengar suara derit kursi yang ditarik oleh Reina dan
Rizky.
“Kamu sudah sembuh, Rei?” tanya Papa Reina yang
langsung dijawab oleh Reika.
“Kayaknya udah, Pa, tapi pemyakit manja sama Bang
Rizkynya aja yang belum.” Reina menatap tajam Reika yang dibalas juluran lidah
oleh Reika.
“Berisik, anak kecil.”
“Sudah, ayo sarapan dulu. Nanti semuanya bisa
terlambat,” tegur Mama Reina. Mereka semua mulai melahap menu sarapan berupa
roti isi dan nasi goreng.
“Kamu ditugasin di mana, Ky?” tanya Papa Reina
setelah mereka menyelesaikan sarapannya.
“Di Palangkaraya, Om.” Papa Reina menganggukkan
kepalanya. Keluarga Reina memang sudah menerima Rizky dengan baik. Mereka sudah
nyaman dengan Rizky sebagai salah satu calon menantu keluarga tersebut
“Berapa bulan lagi kamu disana?”
“Sekitar tiga bulan lagi, Om.” Papa Reina
menganggukkan kepalanya. Tetapi pertanyaan yang diucapkan Papa Reina mampu
membuat seluruh orang tersedak.
“Kapan kamu berencana melamar Reina?” tanya Papa
Reina dengan nada yang tegas.
“Papa ngomong apaan, sih,” sela Reina yang kelabakan
dengan pertanyaan Papanya.
“Saya memang sudah berencana melamar Reina sepulang
dari Kalimantan, Om. Mungkin sekitar akhir tahun nanti saya akan membawa
keluarga saya kemari untuk melamar Reina.”
Reina menoleh ke samping dimana Rizky berada. Reina menangkap
raut wajah serius Rizky yang sedang menatap Papanya. Reina mengalihkan
tatapannnya ke wajah Papanya. Ia juga melihat raut serius pada wajah orang
tuanya tersebut.
“Bagus, Om tunggu kedatangan kamu sama keluarga kamu
kesini.”
Papa Reina meninggalkan meja makan setelah mengucapkan
kalimat tersebut. Semua yang ada di meja makan menghela nafas lega termasuk
Rizky. Ia merasa baru saja melewati ujian super keras. Dan Rizky senang Papa
Reina percaya padanya.
Reika dan Reiya berpamitan untuk berangkat ke
sekolah dan kampus. Mereka lebih dulu meninggalkan meja makan menyusul Papa
mereka. Di meja makan tersisa Rizky, Reina, Radha dan Mama mereka.
“Kamu nggak usah ambil pusing ucapan Om, Ky,” kata Mama
Reina setelah para anak-anak pergi. Ia juga merasa tidak nyaman atas ucapan
suaminya tersebut.
“Nggak pa-pa, Tante. Saya memang sudah
merencanakannya jauh-jauh hari. Dan saya sudah yakin dengan keputusan saya.”
Ucapan Rizky itu membuat Reina tersenyum. Reina
merasa bahagia menyeruak dalam hatinya. Reina bahkan tidak bisa menghentikan
senyumnya yang masih terus mengembang diwajahnya.
“Udah yakin kamu, Ky? Reina itu nggak bisa ngerjain
pekerjaan rumah. Just for your
information, aja,” kata Radha tanpa memperdulikan Reina yang langsung
memberinya tatapan tajam.
“Bang Radha!” geram Reina yang sama sekali tidak dipedulikan
oleh Radha.
“Yakin, Bang. Nanti kami akan belajar sama-sama.
Reina pasti bakalan bisa,” bela Rizky. Senyum Reina kembali mengembang. Bahkan ia
menjulurkan lidahnya pada Radha.
“Kamu juga, Dha, kapan kamu bawa Papa sama Mama ke
rumah pacar kamu.” Ucapan Mama Reina tersebut langsung disambung Reina yang
ingin membalas Radha.
“Benar tuh, Bang. Kapan Bang Radha mau ngelamar
kayak Rizky?”
Semua orang tertawa melihat raut wajah masam Radha. Reina
tertawa dengan puas karena berhasil membalas saudaranya tersebut. Radha
meninggakan meja makan karena ia ingin bersiap untuk bekerja. Lalu Mama Reina
juga menyusul Papa Reina, menyisakan Rizky dan Reina di meja makan.
“Kamu serius sama apa yang kamu omongin sama Papa?”
tanya Reina. Ia menatap Rizky yang juga sedang menatapnya.
“Kan aku udah bilang, aku serius, Reina,” kata
Rizky.
“Tapi apa ini nggak terlalu cepat?” ada sedikit
keraguan yang terdengar di suara Reina.
“Nggak ada yang terlalu cepat, Reina. Aku sudah
yakin sama kamu. Dan aku harap kamu juga begitu.”
Walaupun masih merasa ragu, Reina menganggukkan
kepalanya. Ia tidak ingin membuat Rizky terganggu dan kehilangan fokusnya
karena ia merasa tidak yakin. Reina menatap Rizky yang sedang menggenggam kedua
tangannya.
“Aku cinta sama kamu, Reina. Dan aku mau kamu jadi
penyempurna hidupku dan juga Ibu dari anak-anakku nanti.” Reina hampir
meneteskan matanya mendengar ucapan Rizky. Reina menganggukkan kepalanya
sebagai jawaban karena ia tidak bisa lagi bersuara. Reina membalas pelukan
Rizky sambil berucap pelan.
“Aku juga cinta sama kamu, Ky. Aku mau jadi Ibu dari
anak-anak kamu.”.
***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Enam event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar