Selasa, 02 Mei 2017

Kalau Jodoh, Kita Pasti (Tujuh) (#30DWCJILID5)



Waktu demi waktu terus berjalan meninggalkan hari, minggu dan bulan. Aku masih tetap seperti sebelumnya. Menikmati semua yang sudah ditulis oleh-Nya dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur. Dalam hidup tentu tidaklah semua hal berjalan dengan baik. Akan ada disuatu waktu dimana semuanya terasa sangat sulit. Namun aku percaya, dimana ada kesulitan disana ada pula jalan kemudahan. Hanya tinggal menjalani semua kesulitan itu penuh rasa sabar dan tanpa mengeluh.
Sekarang wajtu terasa cepat sekali berputar. Baru saja rasanya kemarin aku bergulat dengan ujian semester, kini ujian semester kembali didepan mata. Tidak terasa sudah enam semester kulalui. Hanya tinggal dua semester lagi, perjuanganku selesai. Mengingat hal terrsebut, ada rasa senang dan bangga menyelimuti hatiku. Sebentar lagi aku akan menyelesaikan kewajibanku pada Bapak dan Ibu. Sebentar lagi pula, aku akan melangkah dunia baru yang sesungguhnya. Sebentar lagi kehidupanku akan dipenuhi oleh tantangan-tantangan baru di dunia pekerjaan. Semoga saja, harapanku untuk segera bekerja setelah lulus kuliah bisa terwujud. Aku ingin membantu Bapak dan Ibu memenuhi kebutuhan kami di rumah.
Akhir-akhir ini aku sering memikirkan tentang masa depanku. Mungkin ini efek karena sebentar lagi aku akan meninggalkan bangku kuliah. Aku mulai memikirkan bagaimana pekerjaanku nanti, kehidupanku setelah bekerja dan tentunya siapa yang akan menjadi imamku.
Aku memiliki target menikah diusia 25 tahun. Tapi entahlah, aku tidak yakin kalau targetku itu akan tercapai. Aku sadar, fisikku tidaklah secantik Sarah. Namun aku percaya, semua manusia memiliki pasangannya masing-masing dan aku pasti akan bersama pasangan yang ditakdirkan Allah SWT suatu hari nanti.
“Jangan melamun terus, Ra. Nanti kesambet, lho,” kata Sarah yang akhirnya membuyarkan lamunanku. Kami sedang di perpustakaan mengerjakan tugas yang harus diukumpulkan besok.
“Tidak, Sar. Aku hanya memikirkan bagaimana setelah kita lulus kuliah nanti.”
“Nikmati saja dulu, Ra. Nanti ya nanti. Sekarang kita fokus saja untuk skripsi kita nanti.”
Aku mengangguk. Mungkin sekarang yang perlu kupikirkan adalah skripsi sebagai tugas akhir yang menjadi penentu kehidupanku selanjutnya. Namun tetap saja, aku masih memikirkan bagaimana kehidupanku kedepannya nanti.
“Ra, coba lihat.” Aku menoleh tangan Sarah menunjuk. Aku mengerjapkan mataku menatap sosok yang sepertinya tengah berjalan ke arah kami. Sosok yang sudah beberapa bulan ini tidak kulihat. Sosok yang diam-diam kurindukan kehadirannya.
Aku terdiam saat ia duduk dikursi yang ada didepanku. Penampilannya yang tidak berubah sejak terakhir aku melihatnya. Namun aku merasa ada yang berbeda dengannya, tapi aku belum bisa memastikan apa itu.
Suasana tiba-tiba saja hening. Aku, Sarah maupun dia tidak berbicara. Namun ada rasa yang membuncah saat aku kembali mendengar suaranya. Rasa yang juga membangkitkan apa yang dulu sempat ada dihatiku.
“Assalamu’alaikum, Ra.” Aku masih terdiam. Namun senggolan Sarah ditanganku membuat aku menoleh ke arah Sarah. Sarah memberi isyarat dengan matanya. Aku juga bertanya dengan isyarat mata. Sarah membisikiku, dan aku baru sadar jika aku belum membalas salamnya.
Wa’alaikumus salam, Firman.”.

***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Satu event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar