Selasa, 09 Mei 2017

Tentang Cinta (Sembilan) (30DWCJILID5)


Sejak kejadian dua hari yang lalu, Reina sudah kembali bekerja. Ia sempat was-was jika Abimanyu masih nekat menemuinya. Namun ketakutannya tidak terjadi. Abimanyu tidak lagi mendatanginya.
Reina merasa sangat lega. Ketakutannya akan Abimanyu perlahan memudar dan ia sudah bisa kembali beraktivitas dengan ceria. Walaupun rasa rindunya pada Rizky masih terus berlanjut, Reina cukup berbahagia dan bersabar menunggu Rizky pulang.





Reina benar-benar memanfaatkan waktu cuti Rizky yang hanya lima hari. Selama lima hari, ia menghabiskan waktunya bersama Rizky. Ia bahkan rela berpura-pura sakit agar tidak bekerja dan Rizky bisa menemaninya. Reina tidak peduli, ia hanya ingin menghapuskan rasa rindunya pada Rizky yang telah terpisah tiga bulan dan harus kembali berpisah untuk tiga bulan berikutnya.

*******

Waktu masih terus berputar meninggalkan hari-hari kermarin yang menjadi kenangan. Dengan setia, Reina menandai setiap hari pada kalender kantornya. Tanda tersebut menunjukkan waktu kepulangan Rizky yang tersisa 29 hari lagi. Ia benar-benar tidak sabar menunggu tanggal 19 dimana Rizky akan kembali ke Jakarta. Namun yang lebih dinantikan Reina adalah kata-kata yang diucapkan Rizky saat ia harus kembali ke Kalimantan.
“Sepulang dari Kalimantan nanti, aku akan ajak keluarga aku ke rumah. Kamu sudah siap ‘kan?”
Kalimat tersebut selalu membuat Reina tersenyum membayangkannya. Ia tidak menyangka jika Rizky benar-benar serius dengan ucapannya. Rizky juga meminta Reina mulai mencari tahu tentang persiapan lamaran dan pernikahan. Kadang-kadang mereka membahas hal tersebut saat bertelepon ria.
Rizky sudah meminta Reina mencari EO untuk acara lamaran mereka. Awalnya Rizky ingin menyiapkan sendiri, namun akhirnya ia mengalah karena Reina ingin menggunakan EO seperti yang digunakan temannya saat lamaran dulu. Kadang mereka juga bertengkar karena hal sepele seperti selisih pendapat tentang acara lamaran. Namun akhirnya yang menyerah adalah Reina. Reina tidak bisa berlama-lama mendiamkan Rizky dan berhasil membuang egonya jauh-jauh dengan menghubungi kekasihnya itu terlebih dahulu.

*******

“Aku maunya pake paper flower buat backgroundnya, Ky,” kata Reina sambil menuliskan ‘paper flower’ di buku catatannya. Ia sedang membicarakan acara lamaran dengan Rizky via telepon setelah makan malam.
“Terserah kamu, Princess. Tapi kita harus tetap pakai batik dan kebaya.”
“Iya, aku nurut sama kamu kalau masalah itu,” kata Reina. Sebenarnya Reina tidak memiliki masalah dengan pakaian yang harus digunakan saat lamaran. Ia hanya ingin memonopoli masalah desain tempat acara dan segala yang berhubungan dengan hal tersebut.
“Oh ya, Ky, kita ngundang siapa aja?”
“Keluarga sama teman dekat aja. Biar nggak terlalu rame. Nanti pas acara nikah aja kita undang semuanya.” Reina kembali menuliskan daftar undangan. Atas saran temannya, Reina mulai mendata dan menulis apa-apa yang perlu tentang acara lamarannya.
“Kamu udah ngehubungin pihak EO-nya?” tanya Rizky setelah hening selama dua menit.
“Udah, mereka ngasih jadwal lusa buat ketemunya,” jawab Reina.
“Ya udah, aku percaya sama kamu. Kamu pasti bisa nge-handle untuk acara ini.” Senyum Reina mengembang. Salah satu hal yang disukai Reina dari Rizky adalah kepercayaan Rizky yang begitu luar biasa padanya. Tetapi tidak pernah sedikitpun Reina berpikir untuk mengkhianati Rizky.
“Iya, kamu serahin aja semuanya sama aku. Pokoknya nanti kamu tinggal terima beresnya aja.”
Sekilas Reina mendengar tawa Rizky yang memnacing senyumannya. Reina mengubah posisinya yang telungkup menjadi berbaring karena penat yang dirasakannya.
“Aku nggak sabar buat pulang minggu depan.”
“Aku juga, Ky. Aku udah kangen banget sama kamu.”
Reina menyadari banyak perubahan yang terjadi pada dirinya sejak ia menjalin hubungan dengan Rizky. Ia begitu bersyukur menemukan Rizky dan memiliki Rizky.
“Aku juga, Reina. Aku juga kangen banget sama kamu.”.

*******

Reina menatap gelisah ponselnya. Besok adalah hari kepulangan Rizky. Namun Reina malah merasa tidak senang. Sejak lima hari yang lalu, Rizky mendadak sulit dihubungi. Ia memberi alasan ada pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum ia kembali. Bahkan Rizky sering mematikan ponselnya dan hanya mengirim pesan saat pagi dan malam hari.
“Kenapa kamu, Rei?” tanya Melya yang bingung dengan Reina yang tampak uring-uringaan.
“Rizky nggak bisa dihubungi, Mel. Padahal gue mau nanya kapan dia landing besok biar bisa gue jemput.”
“Mungkin Rizky sibuk, Rei.”
“Tapi nggak biasa-biasnaya Rizky kayak gini, Mel,” ucap Reina dengan lesu.
“Udah, positive thinking aja. Mending lo temenin gue ke pantry, gue pengen bikin kopi,” kata Melya yang mendapat anggukkan kepala dari Reina.
Setelah kembali ke ruangannya, Reina membuka ponselnya yang ia tinggal dengan tangan kirinya sedangkan tangannya membawa secangkir kopi hitam. Reina menyukai kopi hitam karena tidak membuat lambungnya perih. Reina membaca pesan yang masuk, salah satunya dari Rizky. Namun pesan dari Rizky membuatnya berteriak hingga membuat teman-temannya menatap ke arahnya.
“Ada apa, Rei?” tanya Melya yang langsung menghampiri Reina setelah mendengar suara teriakan perempuan tersebut.
Reina tidak menjawab, ia memberikan ponselnya pada Melya. Melya hanya menganggukkan kepalanya sambil kembali menyerahkan ponsel Reina. Sebelum pergi meninggalkan Reina, Melya sempat berucap yang membuat Reina berteriak kesal.
“Sabar aja, Rei. Anggap aja cobaan buat lamaran, lo.”.

*******

Reina menatap kalender di meja kerjanya. Sekarang sudah tanggal 20. Seharusnya Rizky sudah ada di Jakarta, namun lelaki itu tidak mengabarinya sama sekali. Bahkan ponselnya mati sejak kemarin. Rizky hanya sempat memberi kabar dan mengatakan untuk segera pulang. Sejak kemarin mood Reina benar-benar kacau. Ia tidak bisa berkonsentrasi. Untung saja ia tidak mendapat deadline mendadak. Dan juga ada Melya yang membantu menyelesaikan pekerjaannya.
“Rei, pulang kerja kita ke kafe, yuk. Gue lagi bosen, lo juga kayaknya perlu hiburan.”
Reina menganggukkan kepalanya menjawab ajakan Melya. Ia menelungkupkan kepalanya diatas meja sambil menatap fotonya bersaa Rizky yang ia simpan didalam sebuah figura berukuran kecil.
“Udahlah, Rei. Yang penting Rizky nggak pa-pa. Lagipula acara lamaran lo tiga minggu lagi ‘kan? Masih sempet nungguin Rizky pulang.”
Lagi-lagi Reina hanya menjawab dengan anggukan kepala yang membuat Melya menggelengkan kepalanya. Melya memilih meninggalkan Reina dan membiarkan perempuan tersebut bermain-main dengan dunianya sendiri.
Seperti yang sudah dijanjikan,  Melya mengajak Reina ke sebuah kafe. Reina hanya diam dan tidak banyal bertanya kemana Reina membawanya. Ia hanya terus diam sambil menatap ke arah jalanan yang mereka lewati.
Melya memarkir mobilnya di depan sebuah kafe. Ia mengajak Reina masuk. Tetapi saat didepan pintu masuk, langkah kaki Melya terhenti. Ia membuka tas tangannya dan tampak sedang mencari sesuatu.
“Kenapa, Mel?” tanya Reina yang melihat Melya sedang membongkar isi tasnya.
“Ponsel gue ketinggalan. Lo duluan aja, gue mau nyari di mobil dulu.”
Tanpa banyak bicara Reina menuruti ucapan Melya. Ia terus berjalan meninggalkan Melya yang berbalik sambil tersenyum. Melya mengeluarkan ponselnya yang ia sembunyikan dibagian dasar tas tangannya.
Reina membuka pintu kafe. Ia bingung dengan kafe yang tampak sepi. Tetapi mata Reina menyipit melihat bucket bunga yang ada di sebuah meja ditengah ruangan. Reina melangkahkan kakinya menuju meja tersebut. Ia meraih bucket bunga tersebut dan membuka kertas pesan yang ada di bucket tersebut.
“Naik ke lantai dua, Princess.”
Reina membaca pesan tersebut. Ia mengenali tulisan dan panggilan yang tertulis di kertas tersebut. Dengan segera Reina menengok mencari tangga dan ia menemukannya disamping kirinya.
Reina membawa bucket bunga itu ditangan kirinya. Reina merasa jantungnya berdegup kencang seiring langkah kakinya menuju lantai dua. Semakin dekat dengan ujung tangga, semakin bertambah kencang pula degup jantung Reina.
Keadaan yang sedikit gelap menghalangi pandangan Reina. Namun setelah kakinya jalan beberapa langkah, keadaan yang gelap tersebut berubah menjadi terang benderang dengan lampu hias yang ada di dinding membentuk tulisan ‘I Love You, Reina’.
Reina memekik saat mendapati lelaki yang membuatnya uring-uringan berada di tengah ruangan. Rizky di kelilingi lilin yang disusun menjadi bentuk hati. Reina tidak bisa menahan air matanya saat melihat lelaki yang sangat dirindukannya tersenyum kepadanya.
“Apa yang kamu lakukan disini, Ky?” tanya Reina setelah terdiam karena menangis. Reina juga hanya diam saat Rizky mendekatinya dan membiarkan kekasihnya tersebut menariknya menuju tempatnya berdiri ditengah lilin bentuk hati.
“Aku tahu kamu pasti marah sama aku, tapi beberapa hari ini aku sibuk nyiapin semua ini. Aku minta maaf, Princess.” Reina merasakan detak jantungnya yang sempat mereda kembali berdetak dengan kencang mendengar suara Rizky.
“Sebelum aku datang sama keluarga aku ke rumah kamu, aku ingin memastikan satu hal, Reina. Aku ingin memastikan kalau kamu benar-benar bersedia menjalani sisa hidup kamu sama aku.”
“Aku nggak meragukan kamu, tapi saat ini biarkan aku bertanya dengan sepenuh hati dan harapan yang seluas langit untuk aku bisa memiliki kamu. Will you marry me, Reina Saputri Gunawan?”
Reina menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan saat Rizky berlutut dengan tangan yang menyodorkan sebuah kotak kecil berbahan beludru berwarna merah yang berisi cincin dengan permata berwarna biru tua yang terlihat cantik. Tanpa menunggu lama, Reina menganggukkan kepalanya yang membuat senyum Rizky mengambang.
I do, Ky. I do.” Rizky bangkit dengan senyum yang mengembang. Tanpa buang waktu ia memasangkan cincin tersebut ke jari manis Reina. Tidak lupa ia mengecup kepala Reina dan memeluk tubuh perempuan yang sangat dicintainya itu.
Thank you, Princess. I love you,” bisik Rizky.
I love you too, Ky.”.


*TAMAT*

***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Kedua Puluh Sembilan event #30DWCJilid5. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar