Rabu, 10 Mei 2017

Dia yang Ditunggu (#30DWCJILID5)



Aku mempercepat langkah kakiku saat ruangan yang kutuju sudah didepan mata. Tanganku memegang bungkus plastik berwarna putih berisi buah apel. Didepan ruangan, tampak seorang wanita yang menggunakan kerudung lebar berwarna biru muda dan gamis hijau sedang berbicara dengan seorang lelaki yang memakai baju kaos berwarna putih dan celana hitam. Mereka menoleh kearahku dan tersenyum.
Assalamu’alaikum,” sapaku sambil mencium tangan pasangan tersebut.


     
“Wa’alaikumus salam. Masuk, Ya. Rara ada di dalam,” kata sang lelaki sambil menggeser tubuhnya dari depan pintu dan mempersilahkan aku masuk.
Pasangan tersebut sudah mengenalku cukup lama. Walaupun kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, tetapi mereka selalu menyambutku dengan hangat saat bertemu ataupun saat aku berkunjung ke rumah mereka.
Aku masuk ke dalam ruangan bercat putih dimana ada dua brankar disana. satu brankar kosong ada di sudut kiri ruangan. Dan satunya lagi berada di tangah dimana seorang perempuan berbaring diatasnya sambil tersenyum kepadaku.
“Bagaimana rasanya?” tanyaku saat aku berdiri disamping kanan brankar. Aku meletakkan bungkusan plastik yang kubawa di atas meja.
“Sakit, tapi rasanya luar biasa. Nanti kau juga akan merasakannya,” jawabnya sambil mengumbar senyum bahagia yang kutangkap sebagai sedikit ejekan yang terlihat dari lirikan matanya. Aku hanya mengendikkan bahuku sambil berucap singkat.
Aamiin. Sabar ya, Nak, kita tunggu Abi dulu.” Aku mengucapkan kalimat tersebut sambil mengelus perutku yang sedikit buncit. Bukan karena ada seorang bayi disana, melainkan lemak yang tersisa karena makanan yang kumakan.
Aku dan Rara tertawa. Aku menatap Rara yang masih terlihat lemah. Mataku mulai menjelajahi ruangan. Aku melihat pasangan yang kutemui di depan ruangan sambil berbicara dengan seorang lelaki yang berusia sekitar 28 tahun. Mataku terus berkeliaran namun aku tidak menemukan yang kucari.
“Mana dia?” tanyaku lagi.
“Ada di ruangan sebelah,” jawab Rara. Karena tidak ada kursi dan aku sudah lelah berdiri, akhirnya aku duduk ditepi brankar dengan posisi kaki yang menjuntai.
“Akhirnya, ya. Setelah menunggu cukup lama, dia lahir juga,” kataku memecah keheningan diantara kami.
“Rasanya penantian dan perjuanganku sampai pada akhir yang kuharapkan. Dia bisa lahir dengan selamat dan sehat.”
Aku menganggukkan kepalaku. Kemarin malam, Rara baru saja melahirkan. Sejak kemarin aku sering menghubunginya untuk mengetahui kabarnya. Dan tadi malam, putri pertamanya telah lahir.
Telingaku menangkap suara tangisan yang langsung membuat kepalaku terputar menuju arah suara tersebut. Disana seorang perempuan menggunakan baju putih serta celana dan kerudung hitam berjalan ke arah kami.
“Sepertinya dia haus. Dikasih ASI dulu, ya.” Aku turun dan menjauh dari brankar memberikan ruang untuk perempuan tersebut. Dari belakangnya, aku melihat perempuan tersebut menunduk dan membantu Rara menyusui bayi merahnya.
Dari belakang senyumku mengembang. Perempuan yang merupakan perawat tersebut menjauh dan membiarkan Rara menyusui bayinya. Sebagai sesama perempuan, aku juga ingin suatu hari nanti merasakan hal yang sama seperti dirasakan Rara sekarang.
Aku kembali mendekat setelah Rara berhenti menyusui. Sepertinya bayi merah dan cantik itu telah tertidur. Aku menatap bayi yang diselimuti dengan selimut merah muda. Tanganku tergerak membelai wajahnya yang membuatku kembali tersenyum. Dengan pelan kuelus pipi merahnya. Rasanya aku juga tidak sabar ingin memiliki bayi seperti ini.
“Selamat datang, bayi kecil. Ini Tante datang menjengukmu.”.


***
Tulisan ini untuk Tantangan Hari Ketiga Puluh event #30DWCJilid5 dengan kata kunci ‘Akhir’. Mohon kritik dan saran untuk setiap kekurangan. Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar