Minggu, 10 Agustus 2014

Tantangan @Kampus Fiksi: #EhemKenalan - Nice To Meet You



Nice To Meet You

“Kin, lo nggak bosen di perpustakaan tiap hari?” tanya Santi.
“Nggak.” Jawabku dengan pandangan yang masih tertuju pada buku yang kubaca.
“Lo nggak pengen apa makan di kantin atau nonton anak-anak main basket gitu?” tanyanya lagi.
“Nggak.” Jawabku singkat.
“Dasar lo, Kin.  Lo nggak bosen semedi disini?”.
“Nggak.”.
“Gue nyerah ngomong sama lo. Gue mau keluar dulu.” kata Santi dengan nada yang kesal.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menatap Santi yang berjalan keluar dari perpustakaan.  Kuletakkan kembali buku yang sejak kemarin kubaca ke rak buku. Aku mulai memikirkan kata-kata Santi. Aku keluar dari perpustakaan dan melihat-lihat beberapa tempat di sekolah yang jarang kudatangi. Langkahku terhenti didepan lapangan basket. Aku menautkan tanganku dan bertahan ditempat tersebut untuk beberapa saat menikmati permainan mereka. Mataku mengikuti kemanapun bola tersebut dibawa, hingga akhirnya salah satu dari mereka dapat memasukkan bola tersebut. kini lapangan basket tersebut penuh dengan sorakan dan tepuk tangan.
“Wah, ada angin apa seorang Nakina Atjaya keluar dari tempat persemediannya?” kata Santi.
“Ternyata diluar seru juga ya, San” kataku.
“Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Kina sadar juga. Lo kejedot rak buku ya?” kata Santi setengah meledek.
“Apa-apaan sih lo, San. Ya, gara-gara omongan lo tadi, gue jadi pengen jalan-jalan keluar.”.
“Ya, baguslah. Gue kira selama ini lo alergi sama sinar matahari.”.
“Ya, enggaklah. Gue itu cuman gak suka sama keramaian. Tapi, gue balik ke perpustakaan dulu ya, buku yang tadi  gue baca belum kelar.”. kataku.
“Ya ampun, baru juga keluar bentar udah balik lagi.” celetuk Santi.
*********
Aku mencari-cari buku tersebut namun tidak menemukannya, aku mencari buku tersebut di rak buku lainnya. Hingga akhirnya aku menemuka buku tersebut dan mengambilnya. Namun, buku tersebut seperti yang ada menahannya. Kutarik buku tersebut, hingga akhirnya buku tersebut kudapatkan. Dibalik celah kosong pada rak buku tersebut, kulihat sebuah tangan yang sepertinya menahan buku tersebut. Aku menghampiri pemilik tangan tersebut, dan mendapati bahwa pemilik tangan tersebut adalah seorang siswa laki-laki.
Sorry, lo pengen buku ini?” tanyaku pada siswa tersebut.
“Lo pengen buku itu juga?” ia membalas menanyaiku.
“Gue sih udah baca sedikit. Kalo lo mau, lo ambil aja.” aku memberikan buku tersebut.
“Nggak. Lo selesaiin aja dulu bacanya.”.
“Yakin nih?” tanyaku. Ia mengangguk.
“Oke. Thank you.”. aku meninggalkan siswa laki-laki tersebut.
“Hei, Gue Nudi. Loe siapa?” tanyanya.
“Gue Kina. Nice to meet you, Nudi.” jawabku.
Nice to meet you too, Kina.” kata Nudi.
*********
“Kin, lo mau ke kantin nggak?” tanya Santi.
“Gue mau ke perpustakaan dulu. Lo duluan aja nanti gue nyusul.”
“Oke. Gue ke kantin duluan ya.” kata Santi. Aku mengangguk.
*********
 “Pak, saya mau mengembalikan buku yang kemarin.”.
“Cepat sekali kamu bacanya, Kin.” kata Bapak penjaga perpustakaan.
“Iya, Pak. Soalnya ada yang mau pinjam juga. Jadi bacanya cepet.” kataku.
“Kamu mau baca buku yang lain?”
“Nggak, Pak. Nanti aja. Terima kasih ya, Pak.”kataku.

Aku menyusul Santi ke kantin. Setelah membeli snack dan minuman aku menghampirinya. Santi tampak sangat lahap menyantap mi ayam yang dijual di kantin.
“Rakus banget lo makannya, kayak nggak makan 3 hari aja.” ledekku. Ia tersedak karena kedatanganku mengagetkannya.
 “Apa-apaan sih lo, gue keselek nih.”.omelnya.
“Lagian lo kayak nggak pernah makan aja.”.
“Gue emang belum makan dari pagi. Lo nggak makan?” tanya Santi.
“Gue udah sarapan dirumah.” jawabku sambil melahap snack.
“Lo nggak semedi hari ini?” tanya Santi.
“Nggak. Kan lo pengen ngajak gue keliling sekolah. Cepetan makannya, lama banget sih.” omelku.
“Iya, sabar dikit napa.” gerutu Santi dengan logat betawinya.
Setelah selesai kami berkeliling sekolah. Santi menunjukkan beberapa ruangan, seperti ruang musik, tari, ruang OSIS dan ruangan lainnya. Hingga akhirnya kami berhenti didepan lapangan basket. Seperti biasa, disana tampak beberapa siswa yang sedang bermain basket. Aku dan Santi duduk dibangku  yang ada dipinggir lapangan dan ikut bersorak bersama penonton lainnya. Hingga akhirnya salah satu dari mereka berhasil memasukkan bola. Kami dan penonton yang lain bertepuk tangan.
“Eh, San, itu siapa?” tanyaku.
“Itu Rio. Dia emang jago main basket, ganteng lagi.” puji Santi.
“Iya sih, tapi menurut gue biasa aja.”.
“Hah? Biasa aja? Lo emang aneh ya, Kin. Udah doyannya semedi di perpustakan, nggak suka keramaian, cowok seganteng Rio juga lo bilang biasa aja?”.
“Iya, gue biasa aja, ganteng doang gak cukup jadi modal naklukin hati gue..”. Santi tampak geleng-geleng kepala mendengar ucapanku.
 “Lo emang aneh ya, Kin.”. Aku tertawa kecil melihat ekspresi Santi.
“Hai, Kin.” sapa Nudi yang tiba-tiba datang dan duduk disamingku.
“Hai, Di. Lo ngapain disini?” tanyaku.
“Gue tadi habis dari ruang OSIS, terus gue ngeliat lo disini.” kata Nudi.
“Oh. Buku yang kemarin udah gue balikin ke perpustakaan.”.
“Cepet banget lo bacanya.” kata Nudi.
“Kali aja lo mau cepet baca juga. Jadi bukunya gue balikin aja.”. kataku.
“Gue udah pernah baca kok. Kemarin gue ambil lagi buku itu buat temen gue.”
“Oh, gitu.” kataku singkat.
“Eh, Kin, dia siapa?” tanya Santi.
“Kenalin Di, ini temen gue Santi. San, ini Nudi.” Aku memperkenalkan Nudi pada Santi. Mereka saling berjabat tangan.
“Gue ke kelas dulu ya, Kin.”. Nudi menepuk pundakku.
“Oke, Eh, lo kelas berapa?” tanyaku.
“XII”. jawabnya.
“Lo naksir ya sama Nudi?” tanya Santi setelah Nudi pergi.
“Nggak, kata siapa gue naksir Nudi.” elakku.
“Kata mata lo yang seakan gak rela ditinggalin Nudi sama pipi lo yang merah.” ledek Santi.
“Ih, apaan sih.” Aku mengelak. Santi tertawa melihat ekspresiku yang malu-malu.
“Ke kelas yuk?” ajak Santi. Aku mengangguk. Kami pun kembali ke kelas.
*********
Aku mengambil sebuah novel yang kucari dan membawanya ke kasir. Setelah membayar, aku keluar dari toko buku tersebut. Namun, perhatianku terhenti saat kulihat sesosok lelaki yang mirip dengan Nudi bersama dengan seorang wanita. Ya, lelaki itu Nudi. Tapi dia bersama siapa? Apa wanita itu pacarnya? Tanyaku dalam hati.
Entah apa yang membuatku merasa sakit saat Nudi bersama wanita lain. Apa benar aku memang menyukai Nudi? Apa ini yang namanya sakit hati? Pertanyaan itu menyeruak keluar dari kepalaku dan membuatku menangis.
“Nudi, Nudi, padahal gue udah nyaman sama lo. Sayangnya lo udah punya pacar.” gumamku. Aku memutuskan untuk pulang dan melupakan Nudi.
“Selamat tinggal Nudi, terima kasih sudah membuatku senang beberapa hari ini. Nice to meet you, Nudi.”.


Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar